Retno Priyani: Maaf, Saya Terlambat
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 30 Januari 2023 11:10 WIB
Berkunjung ke rumah orang tua, ternyata memberi pengalaman yang luar biasa. Mencermati cerita orang yang sudah tua, kita mendapatkan informasi pengalaman beliau pada waktu dulu, menangkap nilai-nilai yang mendasari tindakan beliau, mengetahui persepsi orang tua terhadap banyak hal dan menyerap semangat hidup beliau.
Banyak hal yang dapat diteladani dari beliau yang sudah sepuh.
“Tolong Ndhuk, nanti kukuku dipotong, ya!” atau “Ndhuk, nanti pijit kakiku, ya..!” Permintaan sangat sederhana. Permintaan yang mudah dipenuhi; dan ternyata membuat Bapak-Ibu bahagia.
Baca Juga: Sebut Klub Amoral, Aremania Tuntut Arema FC Mundur Dari Kompetisi Liga 1
Sebetulnya Bapak-Ibu dapat meminta tolong orang lain, namun ketika yang melakukan anak sendiri, berbeda rasanya. Kadang saya menangkap ada bentuk kemanjaan kepada anaknya.
Anehnya, memanjakan orang tua dengan cara-cara yang sangat sederhana menjadi pengalaman yang luar biasa.
Ketika saya menjadi sering pulang ke rumah dan merasakan kebahagiaan berada di rumah, saya dapat memahami alasan mengapa Galih penuh semangat merawat orang tuanya. Saya jadi teringat peristiwa di mana Galih terlambat ujian dan hampir-hampir dilarang ikut ujian.
“Kok hanya ujian, Bu. Kalau memang saya harus ketinggalan kuliah karena merawat Ibu, saya tidak keberatan. Kalau saya dimarahi, akan saya dengarkan. Bagi saya, ujian masih dapat ditempuh lain waktu, tapi merawat Ibu yang telah melahirkan saya, tak dapat ditunda lagi. Saya akan menyesal sepanjang hidup, kalau saya mengalahkan Ibu saya demi kepentingan pribadi saya.” Luar biasa engkau, Galih!
Baca Juga: Viral di TikTok Ojol Sebut Matahari Terbit dari Barat, Semua Langsung Kaget
Yang terpenting dan tak dapat tergantikan adalah perasaan senang, bahagia, puas ketika dapat menemani orang tua. Perasaan bahagia bahwa sebagai anak sudah sedikit membalas budi baik orang tua yang telah mengasuh dan mendidik kita.