DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Retno Priyani: Maaf, Saya Terlambat

image
Ilustrasi dosen Retno Priyani dan mahasiswa di ruang kuliah

Agaknya Galih pun merasa menemukan pendengar yang setia. Ia sekarang sering menemui saya, hanya untuk sekadar menceritakan pengalaman barunya yang belum pernah saya ketahui.

Ia seolah menemukan tempat sampah yang siap menerima cerita apapun juga, termasuk unek-uneknya. Kadang saya ikut hanyut dalam cerita Galih. Ikut tersenyum, jengkel, tergelak, tapi juga ikut merasakan kelegaan dan kepuasan. Ternyata, emosi itu menular.

Berbagai emosi yang kualami berkat mengikuti cerita Galih, bak bunga aneka warna yang membuat hidup saya lebih indah. Kepenatan kerja sering kali berkurang dan akhirnya sirna apabila mendengarkan cerita Galih.

Baca Juga: BRI Liga 1: Persija Melawan Persikabo 1973, Gol Penalti Antarkan Persija Kembali Ke Puncak Klasemen

Tak terasa perjumpaan dengan Galih yang selalu men-sharing-kan pengalaman merawat ibunya, mengubah tingkah laku saya. Saya sekarang sering pulang ke rumah. Bahkan, dapat dikatakan saya punya jadwal pulang ke rumah.

Tak hanya menengok beberapa jam, tetapi sengaja kucari kesempatan untuk menginap di rumah. Menginap di rumah, memungkinkan saya dapat mendengar cerita dari Bapak dan Ibu. Bapak banyak cerita tentang teman-temannya, tamu yang berkunjung, kesehatannya dan sebagainya.

Bapak juga sering bercerita bagaimana pengalaman lucu sebagai orang tua, sambil tertawa terkekeh-kekeh, menertawakan dirinya sendiri. Begitu pun Ibu, tak sedikit cerita yang ingin dikatakan.

Kadang, Bapak ingin juga mengajak diskusi tentang berbagai berita tentang perkembangan di dalam negeri maupun di luar negeri. Saya terkadang agak kewalahan karena kurang mengikuti perkembangan dunia.

Baca Juga: Tiga Sungai di Dunia yang Mencuci Dosa Kita

Maklum, Bapak sebagai pensiunan memiliki waktu yang lebih longgar untuk membaca, mendengarkan radio maupun melihat televisi.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8

Berita Terkait