DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Dasman Djamaluddin: Selamat Hari Lahir, Pak Safzen

image
Letjen TNI (Purn) Safzen Noerdin

Oleh: Dasman Djamaluddin

(Penulis Pernah diundang Pak Safzen ke Irak, September 2014)

ORBITINDONESIA - Letnan Jenderal TNI Marinir (Purn.) Safzen Noerdin, S.IP. (lahir 25 Januari 1952). Selamat hari lahir Pak Safzen.

Pak Safzen adalah mantan Komandan Korps Marinir Ke-15. Sejak tanggal 9 November 2004 menggantikan Mayjen TNI (Mar) A. Rifai.

Pak Safzen pernah menjadi Perwira Observer Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Irak tahun 1988, Pasukan Perdamaian PBB di Kamboja tahun 1992.

Baca Juga: Bikin Mengelus Dada, Siswi di Sumsel Jadi Korban Bully Temannya Sendiri Hingga Nyaris Lumpuh

Karier militernya dimulai dari pangkat Letnan Dua KKO (1 Desember 1975), dan secara bertahap pangkatnya terus meningkat sehingga menjadi Letnan Jenderal TNI Marinir (27 Mei 2008).

Mulai 1 Februari 2010, Safzen sudah berstatus Purnawirawan. Sebelum diangkat menjadi Komandan Korps Marinir, dia menjabat Komandan Pendidikan TNI Angkatan Laut.

Undangan Itu Hanya Melalui HP

Di awal Maret 2016, saya menerima undangan dari Pak Safzen untuk menghadiri peluncuran buku: "Hari-Hari Rawan di Irak," yang ditulis Dr. Satrio Arismunandar.

Tepat hari peluncuran buku, Graha Marinir, Jakarta, pada Rabu malam, 30 Maret 2016 dipenuhi para petinggi petinggi TNI, khususnya dari Angkatan Laut RI.

Baca Juga: Ngeri! Seorang Perempuan Dibakar Hidup hidup Usai Diteriaki Penculik Anak di Sorong

Kehadiran mereka sudah tentu berkaitan dengan undangan dari Dubes RI untuk Irak, Letjen TNI Mar (Purn) Safzen Noerdin (2012-2015) yang  meluncurkan buku tentang pengalamannya  selama bertugas di sana.

Saya hadir di sana karena Pak Safzen tidak pernah melupakan saya dan undangan dikirim melalui HP.

Buku itu diterbitkan oleh Penerbit Rajawali Consultant, Maret 2016 dan diluncurkan di Graha Marinir Jakarta, pada malam hari itu.

Safzen yang  juga mantan Komandan Korps Marinir TNI AL itu menuliskan pengalamannya selama menjadi Duta Besar Indonesia di Irak.  Dari laporan terakhir di Irak yang ditayangkan berbentuk buku dan juga dari film singkat di ruangan itu, benar bahwa situasi di Irak ketika itu sangat rawan.

Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Menikah

Sangatlah wajar, jika para istri dan anak-anak para staf Kedutaan Besar RI di Irak, termasuk duta besarnya tidak diizinkan bersama mereka di Irak,  sebagai antisipasi jika terjadi keadaan darurat, sesegera mungkin bisa hijrah ke negara tetangga tanpa beban psikologis.

Dari laporan tersebut tergambar bahwa  hampir setiap hari bom mobil meledak.

Bahkan untuk itu Dubes kita di Irak memiliki dua mobil anti peluru di Kedutaan Besar Indonesia di Irak sebagai antisipasi jika Dubes atau stafnya pergi ke luar dari kedutaan besar yang waktu itu dipagari tembok beton setebal 40-50 cm.

Mengapa saya juga tahu? Ya,  saya juga pernah diundang Pak Safzen Noerdin ke Irak pada September 2014. Hubungan erat saya dengan Pak Safzen di mulai ketika beliau belum menjadi duta besar.

Baca Juga: Reiner Manopo Pinang Sang Kekasih Jadi Istri Pakai Mahar Skuter Vespa Jadul

Secara pribadi hubungan saya dengan para Jenderal, ini adalah hubungan ketiga kalinya. Pertama kali saya berhubungan erat dengan keluarga Jenderal Anumerta Basoeki Rachmat.

Karena Pak Basoeki telah meninggal dunia pada 10 Januari 1969. Melalui keluarga, lahirlah sebuah buku berjudul: "Jenderal TNI Anumerta Basoeki Rachmat dan Supersemar" (Jakarta: Grasindo,1998 dan 2008).

Selanjutnya Jenderal kedua yang saya kenal adalah Letnan Jenderal (Purn) Rais Abin. Dari perkenalan itu terbit buku:  

"Catatan Rais Abin, Panglima Pasukan Perdamaian PBB di Timur Tengah, 1976-1979" (Jakarta: Penerbit Kompas,2012).  Kata Sambutan (Sekapur  Sirih) ditulis sendiri oleh Pak Jakob Oetama, Pemimpin Umum Harian Kompas.

Baca Juga: Tak Tahu Diri! Didampingi Selama Sakit, Pria Ini Justru Selingkuhi Istri Setelah Sembuh

Oleh karena itu, perkenalan saya dengan Letnan Jenderal TNI/Marinir/Pur Safzen Noerdin adalah perkenalan ketiga saya dengan para jenderal.

Irak 2014

Buat saya, ke Irak pada 2014 menambah wawasan saya, karena pada Desember 1992, saya juga mengunjungi Irak atas undangan Kementerian Penerangan Irak.

Itu pun atas jasa Pak B.M. Diah setelah senang dengan penerbitan bukunya yang saya tulis: "Butir Butir Padi B.M.Diah, Tokoh Sejarah yang Menghayati Zaman" (Jakarta: Pustaka Merdeka, 1992).  

Saya ke Irak waktu itu melalui Rusia karena keterkaitan Pak B.M.Diah yang pernah mewawancara Pemimpin Tertinggi Uni Soviet, Mikhail Gorbachev.

Baca Juga: Nikmati Diskon Hingga 90 Persen Pakai Kode Promo Gojek Terbaru untuk Layanan GoRide, GoCar, juga GoFood

Sewaktu saya di Rusia (dulu namanya Uni Soviet), tiga malam  di rumah keluarga Svet Zakharov, di Moskow. Saya betul-betul diperlakukan dengan baik dan ramah.  

Hal ini tidak terlepas dari jalinan akrab Svet Zakharov dengan Harian "Merdeka," apalagi saya ke sana atas rekomendasi B.M.Diah sebagai penanggung-jawab Grup Merdeka (Harian "Merdeka," Majalah "Keluarga," Majalah "Topik" dan "Indonesian Observer").

Di hari-hari yang senggang di Moskow, saya banyak membaca laporan pertemuan B.M.Diah dengan Mikhail Gorbachev di Kremlin pada 21 Juli 1987.

Sejak memegang pucuk pimpinan di Uni Soviet lebih dua tahun berselang, Mikhail Gorbachev, Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet, banyak menarik perhatian dunia. Itu berkat tindakan-tindakan yang cukup mengejutkan, yang tak jarang jauh di luar ramalan pengemat politik sekalipun.***

Berita Terkait