Dengan Artificial Intelegence, Menumpahkan Keheningan ke Kanvas Lukisan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 28 November 2022 08:34 WIB
Lukisan Van Gogh juga lebih menggunakan simbolisme, lebih abstrak dibandingkan lukisan realisme atau fotografis yang populer saat itu.
Ketika berniat membuat serial lukisan Power of Silence, gaya lukisan Van Gogh yang saya pilih. Namun tentu saja, saya menambahkan yang lain lagi agar perbedaan saya dengan gaya lukisan Van Gogh tetap hadir.
-000-
Ketiga, karakter apa, inovasi apa yang ingin saya sampaikan lewat serial karya lukisan ini? Kepuasan saya selaku kreator akan lebih puncak jika berhasil meramu karya lukisan yang memiliki karakter sendiri.
Baca Juga: LSI Denny JA: Kasus Ferdy Sambo, Kepercayaan Publik Kepada Polisi, dan Pemilih Pilpres 2024
Inilah pkarakter yang saya renungkan, untuk terus hadir dalam serial lukisan saya.
Maka ada empat karakter utama jenis lukisan yang saya beri nama LUKISAN ESAI.
Pertama, ini jenis lukisan hibrida. Yaitu lukisan yang dibantu oleh aplikasi digital, artificial inteligence. Goresan manual pelukis, kuas, warna dan tarikan garis tangannya, menjadi finishing touch saja dari lukisan itu. Katakanlah ini gabungan lukisan dari aplikasi lukisan dan tangan manual sang kreator.
Kedua, karya ini seperti esai yang disampaikan melaui serial lukisan. Ada pesan utama lukisan yang diekspresikan dalam bentuk potongan puisi atau kutipan yang puitis. Dalam lukisan itu, di atas kanvas, hadir teks puisi.
Baca Juga: Denny JA: Tragedi Kanjuruhan Harus Ubah Tata Kelola untuk Naikkan Peringkat Sepak Bola Indonesia