DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Indra Iskandar: Mobil Listrik dan Global Warming

image
Sekjen DPR Indra Iskandar

Dalam tulisan itu, Kompas sayangnya kurang menganilisis perspektif lebih jauh perkembangan teknologi mobil listrik.

Harian ini, panjang lebar hanya mengulas soal kemahalan harga mobil listrik dan sumber energi pengisian batere listrik yang berasal dari PLN -- yang menggunakan batu bara untuk pembangkit listriknya.

Kompas pun menulis: kendaraan listrik yang ramah lingkungan tetap menghadapi emisi karbon setiap mengisi ulang batere.

Kendaraan listrik tidak memiliki gas buang, tapi emisi muncul dari pembangkit listrik. Ini benar-benar sebuah ulasan yang pesimistis terhadap masa depan mobil listrik.

Baca Juga: Peringati Hari Kesehatan Mental Sedunia 2022, Berikut Ini Link Twibbon dan Kata Motivasi

Pesimistis? Betul, karena Kompas tidak mempertimbangkan kemajuan teknologi “perlistrikan” yang sangat cepat. Memang PLN adalah “penguasa tunggal” perusahaan setrum di Indonesia yang saat ini bahan bakunya 62 persen dari batu bara.

Tapi, bukankah di masa depan akan berkembang teknologi solar cell yang efektif dan murah sehingga PLN bisa membangun stasiun pengisian batere yang sumbernya dari energi surya?

Saat ini, dengan perkembangan teknologi, sel surya (solar cell), harganya makin murah dan efisien.

Sebagai gambaran, 10 tahun lalu, biaya menggunakan sel surya untuk kebutuhan rumah tangga, mencapai ratusan juta rupiah. Sehingga tak banyak masyarakat yang mampu untuk mengganti sumber listrik rumahnya dari setrum PLN ke setrum energi surya.

Baca Juga: Kucing Anda Mendadak Tidak Mengeong? Simak Alasannya yang Harus Diwaspadai

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait