DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Mengejar Mission Impossible Kemandirian Energi Indonesia

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Dalam dunia nyata, George Mitchell adalah Ethan Hunt-nya energi Amerika. Ia juga mencapai Mission Impossible.

Pada 1990-an, semua ahli geologi sepakat: minyak serpih (shale oil) tak bisa diambil secara ekonomis. Biayanya terlalu tinggi, teknologi belum ada. Tapi Mitchell menolak menyerah.

Ia mencampur air bertekanan tinggi, pasir, dan bahan kimia untuk memecah batuan serpih—proses yang dikenal sebagai hydraulic fracturing atau fracking. 

Baca Juga: Inilah Analisis Denny JA Tentang Berubahnya Gibran dari Si Samsul Menjadi Game Changer Pilpres 2024

Awalnya terdengar seperti mimpi absurd. Tapi Mitchell bertahan. Ia mencoba, gagal, mencoba lagi.

Dan pada tahun 2000—teknologi itu berhasil. Pada 2018, AS memproduksi 12 juta barrel per hari, melampaui Arab Saudi dan Rusia.

Mereka tak lagi tergantung minyak Timur Tengah. Mereka menjadi eksportir bersih.

Baca Juga: Tentang Pemilu Curang, Efek Bansos, Sampai Hak Angket, Inilah Analisis Denny JA

Ini bukan dongeng. Ini sejarah. Dan Indonesia bisa menulis sejarah serupa.

-000-

Kita punya catatan emas.

Baca Juga: Hilangnya Anies Baswedan di Pilkada Jakarta 2024 dan Kisah 4 Presiden Menurut Analisis Denny JA

Tahun 1977, Indonesia memproduksi 1,2 juta barrel per hari. Kita adalah anggota OPEC. Kita berdiri gagah di panggung energi dunia.

Halaman:

Berita Terkait