Tiga Aktivis Asing di Handala, Kapal Bantuan ke Gaza yang Disita Zionis Israel Setuju Dideportasi
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Senin, 28 Juli 2025 13:51 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Tiga aktivis asing yang berada di Handala, kapal bantuan kemanusiaan untuk Gaza, Palestina, yang disita Israel, telah setuju untuk dideportasi segera ke negara asal mereka, kata lembaga hukum Israel, Adalah, pada Minggu, 27 Juli 2025.
Adalah menyebutkan bahwa Antonio Mazzeo dari Italia, Gabrielle Cathala dari Prancis, dan aktivis asal Amerika Serikat Jacob Berger telah sepakat untuk segera dideportasi.
Ketiga aktivis tersebut dijadwalkan akan dideportasi dari Israel dalam beberapa jam ke depan.
Baca Juga: Kapal Bantuan Gaza "Madleen" Dicegat Zionis Israel, Relawannya Diculik
Mereka merupakan bagian dari 21 orang yang ditahan setelah kapal bantuan Handala dicegat oleh angkatan laut Israel di perairan internasional dekat pantai Gaza pada Sabtu malam, lalu ditarik ke Pelabuhan Ashdod di Israel selatan.
Bagi yang menolak dideportasi, mereka akan tetap ditahan dan harus menjalani proses pengadilan.
Adalah menyampaikan bahwa tim pengacaranya telah bertemu dengan 17 dari 21 orang yang ditahan, dan melaporkan bahwa kondisi mereka secara umum cukup stabil.
Baca Juga: Malaysia Nyatakan Keprihatinan Atas Penahanan Awak Kapal Madleen oleh Israel
Sebanyak 15 aktivis, termasuk warga negara Australia, Prancis, Italia, Spanyol, Tunisia, Norwegia, Inggris, dan Amerika Serikat, menolak menandatangani surat deportasi dan masih ditahan oleh otoritas Israel sambil menunggu sidang.
Dua warga negara ganda AS-Israel, Huwaida Arraf dan Bob Suberi, telah dibebaskan usai menjalani pemeriksaan oleh polisi dan kini berada bersama tim hukum dari Adalah.
Namun, Adalah menyampaikan bahwa mereka belum dapat bertemu dengan empat orang lainnya yang ditahan, yakni Ange Sahuquet dari Prancis, Dr. Frank Romano yang memiliki kewarganegaraan ganda AS-Prancis, jurnalis Al Jazeera asal Maroko Mohamed El-Bakkali, serta juru kamera Waad Al Musa yang berkewarganegaraan ganda AS-Irak.
Baca Juga: Greta Thurnberg Kembali ke Swedia Usai Insiden Kapal Madleen yang Dicegat Militer Israel
Kapal bantuan untuk Gaza tersebut diluncurkan oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC) dan berlayar dari Italia dalam upaya menembus blokade Israel yang telah berlangsung selama berbulan-bulan dan menyebabkan 2,4 juta penduduk Gaza berada di ambang kelaparan.
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah beberapa kali mencegat kapal bantuan menuju Gaza di perairan internasional.
Pada Juni lalu, pasukan Israel menyita kapal Madleen dan menahan 12 aktivis internasional, termasuk aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg dan anggota Parlemen Eropa asal Prancis Rima Hassan. Sebulan sebelumnya, kapal MV Conscience diserang oleh drone di dekat Malta.
Baca Juga: Kapal Freedom Flotilla "Handala" Berlayar dari Italia Antar Bantuan ke Jalur Gaza
Israel telah memberlakukan blokade terhadap Gaza selama 18 tahun dan sejak 2 Maret 2024 menutup seluruh akses masuk, termasuk menghentikan konvoi bantuan kemanusiaan, meskipun mendapat desakan dari komunitas internasional untuk membukanya kembali.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, setidaknya 133 orang telah meninggal dunia akibat kelaparan sejak Oktober 2023, termasuk 87 anak-anak.
Menolak seruan gencatan senjata dari dunia internasional, militer Israel terus melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Baca Juga: Kapal Bantuan "Handala" Dicegat Israel Saat Berlayar ke Gaza, Penumpangnya Akan Dideportasi
Hampir 60.000 warga Palestina telah tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Serangan ini telah menghancurkan wilayah tersebut dan menyebabkan krisis pangan yang parah.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin otoritas Israel Benjamin Netanyahu dan mantankepala pertahanan Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga sedang menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas serangan yang dilakukan terhadap wilayah Gaza.***