Denny JA di Mata Saya: Dari Ladang ke Ladang, Demi Kemakmuran Rakyat
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 18 Juli 2025 09:31 WIB

Ia tidak hanya menulis tentang puisi kemanusiaan, tetapi juga mengeksekusi gagasannya melalui yayasan, beasiswa, lembaga survei, pendidikan publik, bahkan gerakan bantuan hukum gratis untuk kelompok rentan.
Ia berpindah dari satu ladang ke ladang lain dengan keyakinan bahwa semua ladang itu satu tujuan: demi kemakmuran rakyat dan kehormatan kemanusiaan. Saya menamainya “Petani Peradaban”.
Ia menanam ilmu di ladang survei, menanam puisi di ladang sastra, menanam kepemimpinan di ladang energi, dan menanam cinta kasih di ladang filantropi.
Baca Juga: Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran
Saya ingat satu ungkapan yang ia tulis di puisinya: "Kita hanya singgah sebentar di bumi, jangan hanya membawa perut dan ambisi. Bawalah juga cahaya untuk menuntun mereka yang berjalan setelah kita.”
Itulah pesan yang terus mengiang di hati saya. Bahwa kepemimpinan, ilmu, sastra, dan kekuasaan tidak ada artinya jika tidak memberi manfaat kepada sesama.
Kita tidak akan pernah ingat berapa banyak gelar yang seseorang miliki, tetapi kita akan selalu mengingat berapa banyak kebaikan yang dia tanam dan tinggalkan.
Baca Juga: Analisis Denny JA: Indonesia Jadi Tempat Paling Aman Jika Pecah Perang Dunia Ketiga
Hari ini, kita menyaksikan Denny JA menapaki ladang baru di energi nasional, sambil tetap menumbuhkan ladang sastra dan budaya.
Ia menjadi bagian dari pertaruhan besar bangsa Indonesia dalam pengelolaan energi yang bersih, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Amanah ini berat, tetapi saya percaya di pundaknya ada visi kemanusiaan yang telah teruji.
Baca Juga: Analisis Denny JA: Dari Gencatan Senjata Iran-Israel Menuju Masa Depan Palestina Merdeka?
Jika suatu saat nanti saya menengok perjalanan ini, saya akan berkata kepada anak cucu saya: “Ada jejak kata, ada jejak cahaya, ada jejak kemakmuran yang dia tinggalkan di tanah air ini. Dia menulis bukan hanya di kertas, tetapi di hati manusia dan bumi yang dipijaknya.”