Catatan Denny JA: Matahari Terbit di Ladang Minyak, Transisi Energi dan Ketakutan Oligarki Lama
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 15 Juli 2025 11:26 WIB

Apa yang bisa Indonesia pelajari dari sini?
Apakah kita akan menjadi pelari cepat di jalur baru ini? Ataukah kita akan menjadi museum hidup dari zaman energi fosil?
Dengan potensi matahari sepanjang khatulistiwa, Indonesia sebetulnya bisa menjadi negeri cahaya.
PLTS atap kini mulai hadir di pesantren, desa-desa, dan sekolah. Tapi pada saat yang sama, Indonesia masih menjadi eksportir besar batubara dan sedang membuka smelter nikel demi baterai dunia.
Ini tanpa jaminan bahwa rakyatnya juga jadi bagian dari masa depan itu.
Selama kita masih terjebak dalam batubara dan birokrasi, matahari akan terus bersinar tanpa membawa kuasa.
Baca Juga: LSI Denny JA Sebut Angka Golput Pilkada 2024 di 7 Provinsi Tinggi, Ini Alasannya
Bayangkan ini akan terjadi. "Di satu desa di Flores, 300 keluarga kini mengelola micro-grid surya. Listrik tak lagi dari PLN, tapi dari koperasi warga.
Tagihan turun 70%, dana dialihkan ke sekolah dan klinik. Ini bukti: transisi energi bisa dimulai dari bawah. Itu momen ketika kuasa tak dipegang oligarki, tapi oleh tangan yang menanam panel di atap sendiri."
Untuk membangun baterai hijau, dunia memburu litium, kobalt, dan nikel.
Kongo digali. Bolivia ditekan. Indonesia ditawar.