Kemandirian Energi di Era Kecerdasan Artifisial: Tantangan dan Peluang Kebangsaan
- Penulis : Mila Karmila
- Minggu, 13 Juli 2025 10:15 WIB

Denny JA menyoroti pentingnya tata kelola dan transparansi dalam sektor energi: “Tanpa tata kelola yang sehat, produksi akan kalah oleh mafia impor,” ujarnya.
Di sinilah AI dapat membantu menguatkan integritas sektor energi Nasional—melalui blockchain untuk pelacakan rantai pasok migas, sistem digitalisasi kontrak, serta analisis anomaly detection untuk mengidentifikasi penyimpangan. Model ini berfungsi sebagai pintu masuk tata kelola check-and-balance yang real-time dan otomatis.
Denny JA mengingatkan bahwa setiap pergantian rezim tanpa kesinambungan kebijakan membahayakan kemandirian energi, mencontoh Venezuela.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pertamina di Simpang Jalan, Antara Aramco dan Petrobras
AI mampu memberikan dukungan analisis kebijakan berbasis data—memetakan variabel global dan dampaknya terhadap harga, pasokan, serta investasi energi. Dengan data-driven forecasting, pemangku kebijakan dapat merancang skenario jangka panjang yang tahan terhadap dinamika global.
Kemandirian energi bukan sekadar peningkatan produksi minyak, melainkan diversifikasi ke energi terbarukan: panas bumi, surya, dan bioenergi.
AI memainkan peran strategis di sini: optimasi distribusi energi terbarukan, manajemen grid pintar, serta predictive maintenance turbin surya atau boiler bioenergi. Smart grid berbasis AI dapat menyelaraskan supply-demand secara seimbang, menekan impor BBM, dan mengurangi emisi karbon.
Baca Juga: Denny JA Jadi Komisaris Utama dan Independen PT Pertamina Hulu Energi
Denny JA menekankan kolaborasi antara pemerintah, BUMN, swasta, dan lembaga riset agar inovasi dan investasi berjalan beriringan. Transformasi energi di era AI menuntut SDM yang mampu bersinergi: insinyur data, pakar geofisika, ahli kebijakan, dan praktisi ilmu sosial.
Pendidikan vokasi dan universitas harus terlibat proaktif, menciptakan ekosistem riset kolaboratif dan inkubasi startup energi. Model triple helix (pemerintah–akademisi–industri) menjadi jawaban.
Refleksi kemandirian energi berarti melampaui ketergantungan impor dan memasuki ranah kedaulatan teknologi dan kebijakan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Apakah Pertamina Bisa Selamat di Era Tanpa Minyak?
Kecerdasan buatan mempercepat proses transformasi ini, namun masa depan kemandirian juga ditentukan oleh kesadaran kolektif untuk mengelola infrastruktur, memajukan riset, dan menjaga akuntabilitas tata kelola.