DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Bangkitnya Negara Minyak Melawan Super Power Dunia

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Dengan cadangan minyak terbesar dan kapasitas produksi paling fleksibel, Riyadh bisa mengubah arah pasar dunia dalam hitungan jam.

Ketika Rusia dan Saudi bertikai pada 2020, harga minyak jatuh bebas. OPEC berperan penting dalam guncangan itu.

Malam itu, dunia menyadari satu hal: kekuasaan tidak selalu ada di Gedung Putih atau Kremlin. Kadang, ia bersemayam di sumur gurun dan spreadsheet kuota.

Baca Juga: Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran

Tahun 2010-an, muncul tantangan baru: teknologi fracking membuat Amerika Serikat mandiri energi. Produksi shale oil melonjak, menggoyang dominasi OPEC.

Sebagai respons, Saudi dan sekutunya menurunkan harga drastis untuk menggulung industri fracking yang berbiaya tinggi.

Namun senjata itu berbalik arah: bukan hanya industri shale yang terguncang, tapi juga Angola, Nigeria, bahkan anggota OPEC sendiri.

Baca Juga: Analisis Denny JA: Indonesia Jadi Tempat Paling Aman Jika Pecah Perang Dunia Ketiga

Dalam dunia global yang saling terhubung, kemenangan bisa menjadi kekalahan. Dan harga murah bisa menjelma kutukan.

–000–

Kini OPEC berada di simpang jalan. Dunia mendorong transisi ke energi bersih. COP dan IPCC mendesak pengurangan emisi. Namun OPEC bersikukuh: minyak masih vital bagi pembangunan negara-negara berkembang.

Baca Juga: Analisis Denny JA: Dari Gencatan Senjata Iran-Israel Menuju Masa Depan Palestina Merdeka?

Beberapa anggotanya mulai berinvestasi dalam energi hijau—namun lebih sebagai simbol, bukan niat sejati.

Halaman:

Berita Terkait