DECEMBER 9, 2022
Internasional

Kemlu China Kritik PM India Narendra Modi Karena Ucapkan Selamat HUT Kepada Dalai Lama

image
Pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama (Foto: Sky News)

ORBITINDONESIA.COM - Kementerian Luar Negeri China mengkritik Perdana Menteri India Narendra Modi yang mengirimkan ucapan selamat kepada Dalai Lama ke-14 pada ulang tahunnya yang ke-90.

"India perlu sepenuhnya menyadari sensitivitas isu-isu terkait Xizang (Tibet), melihat dengan jelas sifat anti-China dan separatis Dalai Lama ke-14," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Senin, 7 Juli 2025.

Pada Minggu, 6 Juli 2025, PM India Narendra Modi melalui akun media sosialnya di X menyampaikan ucapan selamat kepada Dalai Lama ke-14 yang saat ini tinggal di Dharamshala, India.

Baca Juga: PM India Narendra Modi Sangat Tertekan Oleh Serangan Terhadap Shinzo Abe

"Saya bergabung dengan 1,4 miliar warga India dalam menyampaikan harapan terhangat kami kepada Yang Mulia Dalai Lama pada ulang tahunnya yang ke-90. Dia telah menjadi simbol cinta, kasih sayang, kesabaran, dan disiplin moral yang abadi. Pesannya telah menginspirasi rasa hormat dan kekaguman di semua agama. Kami berdoa agar kesehatannya terus baik dan umur panjangnya," kata Narendra Modi.

"India seharusnya menghormati komitmen yang telah dibuat kepada China terkait isu-isu terkait Xizang, bertindak dengan bijaksana, dan berhenti menggunakan isu-isu tersebut untuk mencampuri urusan dalam negeri China. China telah mengajukan protes ke India terkait tindakannya," ungkap Mao Ning.

Mao Ning menegaskan bahwa Dalai Lama ke-14 adalah seorang pengasingan politik yang telah lama terlibat dalam kegiatan separatis anti-China.

Baca Juga: Pemilu India: Exit Poll Isyaratkan Partai Bharatiya Janata yang Dipimpin Perdana Menteri Narendra Modi Menang

"Ia berupaya memisahkan Xizang dari China dengan kedok agama," tegas Mao Ning.

Tibet atau yang biasa disebut Xizang oleh pemerintah China masuk menjadi wilayah China pada 1950 melalui apa yang digambarkan pemerintah China sebagai "pembebasan damai" dari perbudakan feodal. Namun, kelompok hak asasi manusia internasional dan warga Tibet di luar negeri kerap mengutuk apa yang mereka sebut sebagai pemerintahan represif China di wilayah Tibet.

"Tibet" sendiri mengakar pada nama "Tubo" yaitu rezim yang berkuasa pada abad ke-9 dengan wilayah terfragmentasi dari beberapa suku, pada abad ke-13, Dinasti Yuan menguasai wilayah tersebut.

Baca Juga: Narendra Modi Resmi Dilantik Jadi Perdana Menteri India untuk Masa Jabatan Ketiga

China juga menyebut Dalai Lama ke-14 mengklaim bahwa kawasan "Tibet" mencakup Daerah Otonomi Xizang, Qinghai, serta sebagian Sichuan, Gansu, Yunnan, dan Xinjiang karena suku Tibet mendiami daerah-daerah tersebut sehingga pemerintah China pun menegaskan tidak pernah ada yang disebut "Tibet Besar" seperti yang diklaim oleh Dalai Lama.

Sebelumnya pada Rabu, 2 Juli 2025, Dalai Lama ke-14 melalui video mengumumkan bahwa setelah kematiannya ia akan bereinkarnasi sebagai pemimpin spiritual berikutnya dan hanya lembaga yang dipimpinnya, Gaden Phodrang Trust, yang dapat mengidentifikasi penggantinya.

Dalai Lama ke-14, Tenzin Gyatso diakui sebagai reinkarnasi ke-14 pada usia dua tahun. Ia memegang kekuasaan penuh pada usia 15 tahun dan melarikan diri dari Tibet empat tahun kemudian ketika pasukan Tiongkok menghancurkan pemberontakan di ibu kota Tibet, Lhasa, pada 1959.

Baca Juga: PM Narendra Modi: India Menentang Ekspansionisme di Kawasan

Ia melarikan diri ke Dharamshala, India dan mendirikan pemerintahan di pengasingan di Dharamshala serta melakukan kunjungan ke berbagai negara di Amerika dan Eropa. Pada 1989, Dalai Lama ke-14 menerima penghargaan Nobel Perdamaian.

Pada 2011, Dalai Lama ke-14 menyerahkan jabatan politiknya kepada kepala pemerintahan Tibet di pengasingan yang dipilih secara demokratis dan hanya mempertahankan perannya sebagai kepala spiritual rakyat Tibet.

Sementara di China, pemerintah China mengatakan pihaknya berhak menyetujui penerus Dalai Lama sebagai warisan dari masa kekaisaran serta mengakui tokoh tertinggi kedua dalam Buddhisme Tibet setelah Dalai Lama yaitu Panchen Lama.

Baca Juga: Pemerintah China Respon Pemimpin Spiritual Tibet, Dalai Lama tentang Reinkarnasi Calon Penerusnya

Pemerintah China memilih Gyaincain Norbu sebagai Panchen Lama ke-11 pada 1995 saat berusia 5 tahun, untuk menegaskan bahwa pihaknya yang berwenang untuk menyetujui pemimpin tertinggi Budhisme Tibet.

Pada 6 Juni 2025 lalu, Panchen Lama bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Beijing dan berjanji berperan lebih dalam memperkuat rasa kebersamaan bagi bangsa China dan mempromosikan modernisasi Tibet, mengikuti tradisi Panchen Lama untuk bertemu dengan presiden China setiap 10 tahun sekali, seperti yang dilakukan pada 2015 dan 2005.***

Halaman:

Berita Terkait