DECEMBER 9, 2022
Buku

Buku “The Daily Stoic” karya Ryan Holiday & Stephen Hanselman: Menemukan Kedamaian Sehari-hari dalam Filsafat Stoa

image

ORBITINDONESIA.COM - Di tengah dunia yang semakin cepat, bising, dan penuh tekanan, buku The Daily Stoic hadir sebagai panduan harian yang sederhana namun penuh makna.

Ditulis oleh Ryan Holiday dan Stephen Hanselman, buku ini adalah usaha kontemporer untuk menghadirkan kembali filsafat Stoa—ajaran para filsuf Yunani dan Romawi kuno seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus—ke dalam kehidupan modern.

Buku ini bukan seperti buku filsafat yang berat dan teoritis. Justru, The Daily Stoic hadir dengan sangat bersahaja: satu kutipan stoikisme setiap hari, disertai refleksi singkat yang membumi dan mudah dipahami.

Baca Juga: Yuval Noah Harari, "Nexus: Ketika Sejarah, Teknologi, dan Kemanusiaan Bertemu di Persimpangan Baru"

Buku ini dibagi menjadi 366 bagian, satu untuk setiap hari dalam setahun.

Setiap halaman memuat satu kutipan dari tokoh stoik klasik, lalu dijelaskan dengan pendekatan praktis yang membuat pembaca dapat langsung merenungkan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Tiga tema besar yang dibawa buku ini adalah: Persepsi, Tindakan, dan Kehendak.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara

Ketiganya mencerminkan prinsip utama dalam stoikisme: bahwa kita tidak bisa mengendalikan apa yang terjadi, tapi kita bisa mengendalikan bagaimana kita meresponsnya.

Hal yang paling menarik dari The Daily Stoic adalah bagaimana ia menyederhanakan kebijaksanaan kuno menjadi panduan yang sangat relevan.

Misalnya, ketika membahas tentang kemarahan, Holiday tidak menggurui; ia menyampaikan bahwa “Marah itu mudah, tapi mengendalikan amarah dengan kebijaksanaan adalah seni.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mesiu dan Perang dari Ladang Minyak

Atau ketika menyentil soal kesombongan, kita diajak kembali menyadari bahwa hidup ini bukan tentang apa yang kita miliki, tapi bagaimana kita menjalani dan memaknainya.

Salah satu kekuatan besar buku ini adalah format hariannya yang membuat pembaca bisa menjadikannya kebiasaan.

Buku ini bukan untuk dibaca sekaligus, melainkan untuk diserap pelan-pelan, sebagai latihan harian mengasah batin dan kesadaran diri.

Dengan hanya satu halaman setiap hari, kita bisa memulai pagi dengan ketenangan dan perspektif baru.

Namun, bukan berarti buku ini tanpa kelemahan. Bagi sebagian pembaca yang mencari narasi atau alur, bentuknya yang fragmentaris bisa terasa tidak menyatu.

Tapi justru di situlah letak keunikannya: The Daily Stoic bukan untuk dikejar, tapi untuk dinikmati pembaca dalam tempo lambat, seirama dengan napas dan kesadaran diri.

Inti pesan buku ini sederhana namun mendalam: Kita tidak bisa mengendalikan dunia, tapi kita bisa mengendalikan diri kita sendiri.

Di tengah kekecewaan, kegagalan, atau bahkan keberhasilan yang memabukkan, filsafat stoik mengajarkan keseimbangan emosi dan keteguhan prinsip.

Buku ini sangat cocok bagi siapa saja yang ingin belajar menghadapi hidup dengan lebih tenang, bijak, dan terarah—entah itu pemimpin, pelajar, pebisnis, atau siapa pun yang sedang mencari cara untuk lebih terkoneksi dengan diri sendiri.

The Daily Stoic bukan hanya bacaan, tetapi teman harian yang mengingatkan kita untuk tetap waras, sadar, dan rendah hati di tengah segala gejolak hidup.

Dalam dunia yang terlalu banyak bicara, buku ini justru mengajak kita untuk lebih banyak mendengar—khususnya mendengar suara bijak dari dalam diri kita sendiri.***

Halaman:

Berita Terkait