DECEMBER 9, 2022
Kolom

Mereka yang Mati Tanpa Nama

image
Warga Gaza berkabung sesudah tewasnya anggota keluarga akibat serangan brutal Israel (Foto: Xinhua)

Levy, dalam kesaksiannya yang keras kepala, mengingatkan kita bahwa jika kita tidak menangis untuk Gaza, kita telah kehilangan sesuatu yang jauh lebih besar daripada empati. Kita telah kehilangan hak untuk menyebut diri kita manusia. Karena manusia bukan hanya soal rasionalitas atau budaya.

Manusia adalah makhluk yang menggigil saat melihat bayi mati di pangkuan ibunya. Jika itu pun telah lenyap, maka yang tersisa dari kita hanyalah cangkang tanpa jiwa.

Dan karena itulah kita harus takut. Takut bahwa kita telah menjadi masyarakat yang tak lagi bisa berduka. Takut bahwa kita telah menjadi penonton yang bersorak ketika layar menampilkan kematian orang lain. Takut bahwa kita telah belajar hidup tanpa menoleh ke mayat yang tak dikenal namanya.

Baca Juga: Serangan Udara Brutal Israel Tewaskan 92 Warga Palestina di Jalur Gaza

Daftar Pustaka:

Butler, Judith. Frames of War: When Is Life Grievable? London: Verso, 2016.

Fassin, Didier, dan Richard Rechtman. The Empire of Trauma: An Inquiry into the Condition of Victimhood. Princeton: Princeton University Press, 2009.

Baca Juga: Mengerikan, Jumlah Korban Tewas Akibat Genosida Israel di Gaza Mencapai 56.600 Jiwa

Levy, Gideon. The Killing of Gaza: Reports on a Catastrophe. London: Verso, 2024. ***

Halaman:

Berita Terkait