In Memoriam Wina Armada: Hoaks dan Kematian Kebenaran
- Penulis : Krista Riyanto
- Kamis, 03 Juli 2025 18:38 WIB

Hasilnya: dalam 100 hari, 800.000 jiwa tewas. Semua bermula dari siaran-siaran yang menyalakan amarah dan menghapus kemanusiaan.
Kata-kata bisa menjadi peluru. Hoaks bisa membunuh, tak hanya karakter, tapi juga tubuh.
-000-
Mengapa gagasan Wina perlu kita dukung?
Pertama, karena pers adalah pilar terakhir kebenaran. Jika mereka yang seharusnya menjadi penjaga justru ikut menyebar dusta, kepada siapa publik bisa percaya?
Kedua, karena tanpa etika, profesi ini akan kehilangan legitimasi. Keistimewaan pers datang dari publik. Jika publik kecewa, pers tak lagi punya taji moral.
Baca Juga: Lukisan Karya Denny JA dengan Bantuan Artificial Intelligence: Handphone, Kita Dekat Sekali
Ketiga, karena sanksi bukan hanya hukuman, ia juga peringatan. Ketika ada harga yang harus dibayar, maka akan lahir kehati-hatian. Tak ada lagi ruang bagi mereka yang menjual kebohongan demi klik.
Wina juga mengusulkan didirikannya pusat informasi anti-hoax yang independen, bebas dari kendali pemerintah. Ia membayangkan lembaga yang tak bekerja dengan sensor, tapi dengan data.
Tempat kebenaran diverifikasi, dan kebohongan dilucuti, bukan dengan kemarahan, tapi dengan kejelasan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Merekam Sejarah yang Luka Dalam Sastra
-000-