Catatan Denny JA: Einstein Mengenakan Batik dan Kisah Salvador Dali
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 02 Juli 2025 12:55 WIB

Bukan genre turunan. Bukan eksperimen Barat. Tapi panggilan batin untuk melukis batin manusia, dengan elemen lokalitas Indonesia.
Tak pernah sebelumnya ada genre yang menyatukan tiga hal ini. Tiga hal ini pula yang menjadi karakter genre lukisan Imajinasi Nusantara.
• Batik, sebagai lokalitas Indonesia, menjadi pusat narasi visual, bukan sekadar ornamen.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Ujung Perang Israel Lawan Iran, Perang Tak Henti atau Solusi Dua Negara?
• Manusia yang realistis, karena tubuh adalah rumah jiwa—tidak terdistorsi.
• Latar yang surealis, sebagai metafor batin zaman yang retak, yang penuh imajinasi.
Jika Van Gogh menciptakan dunia dari emosi, Dalí dari mimpi, dan Picasso dari distorsi, maka saya menciptakan dunia dari batin Nusantara yang sedang diguncang oleh algoritma.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perbanyak Sastra di Ruang Publik
Genre ini adalah tangisan pelan, tetapi juga perlawanan estetika.
Ia bukan anak batin Eropa. Ia lahir dari langit tropis, dari aroma tanah basah, dari senyap pura, dan dari air mata digital yang tak terlihat.
Di setiap helai batik, tersimpan kisah luka dan harapan. Itu jejak nenek moyang yang menari di antara algoritma.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Prabowo Subianto Sangat Populer, Tapi Publik Mulai Cemas Tentang Ekonomi
Itu juga doa sunyi yang mengalir dari tangan perajin ke layar-layar digital.