Segudang PR Pembenahan ODOL: Dari Hulu ke Hilir, Indonesia Butuh Roadmap yang Jelas
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 15 Mei 2025 00:01 WIB

Dia mengatakan, daya dukung jalan Indonesia merupakan yang paling buncit di antara negara dunia, termasuk di ASEAN. Dia mengungkapkan, misalnya saja di Eropa dimana MST telah mencapai 11 sampai 13 ton. Sedangkan rata-rata negara di Asia Tenggara juga sudah mencapai 11 ton.
Sementara di Indonesia daya dukung jalan terhadap angkutan masih 8 sampai 10 ton. Gemilang melanjutkan, MST yang kecil ini membuat angkutan logistik terpaksa menaikan muatan melebihi kapasitas agar tidak memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat terutama kelas bawah.
"Jadi memang MST kita masih di bawah sehingga perlu dinaikan. Kalau sudah naik baru diperketat pengawasannya, kalau naiknya sekarang ya ekonomi nya bakal menjerit," katanya.
Baca Juga: Belum Ada Regulasi Yang Jelas, Para Sopir Truk di Jawa Timur Tolak Razia ODOL
Anggota Dewan Pakar Gerindra sekaligus praktisi transportasi dan logistik, Bambang Haryo Soekartono menilai perlu adanya pembenahan terhadap SDM dan perangkat di jembatan timbang. Menurutnya, jika itu belum dilakukan maka akan sulit bagi pemerintah untuk menerapkan zero ODOL.
Dia mengungkapkan kalau jumlah SDM di jembatan timbang sangat kurang dan peralatannya juga banyak yang sudah rusak. Dari total 141 jembatan timbang di seluruh Indonesia, sampai dengan sekarang ini hanya 25 jembatan timbang yang dibuka.
Haryo mengatakan bahwa puluhan jembatan timbang itupun tidak beroperasi 24 jam tetapi hanya delapan jam saja. Sebabnya, sambung dia, penambahan SDM dan perbaikan jembatan timbang harus dibenahi terlebih dahulu sebelum menerapkan kebijakan zero ODOL.
"Kalau belum, dan tidak memiliki personil yang cukup, ya memang sulit kalau mau menerapkan Zero ODOL ini," tandasnya.
Plt Ketua Subkomite Lalu Lintas Angkutan Jalan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan menyarankan pemerintah untuk segera mendirikan sekolah pengemudi khusus bagi sopir bus dan truk. Hal ini bertujuan untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas yang sering kali disebabkan oleh kelalaian sopir yang tidak menguasai kendaraan dengan baik.
"Seharusnya ada sekolah pengemudi yang khusus mengajarkan keterampilan mengemudi dengan sistem yang lebih profesional dan terstruktur," kata Wildan.
Baca Juga: Ian Sudiana: Perkuat Alternatif Moda Transportasi Logistik Untuk Benahi Isu Zero ODOL
Wildan mengatakan salah satu penyebab tingginya angka kecelakaan di jalan raya adalah kurangnya pendidikan dan pelatihan memadai bagi pengemudi truk dan bus. Menurutnya, pengemudi truk dan bus di Indonesia seringkali mengandalkan pembelajaran otodidak dari sesama pengemudi, yang berisiko mengabaikan pemahaman tentang teknologi kendaraan yang mereka kendalikan.