DECEMBER 9, 2022
Kolom

Air Jadi Senjata Geopolitik Baru di Tengah Krisis Kashmir

image
Sungai Indus yang airnya diperebutkan India dan Pakistan (Foto: Youtube)

Sejumlah perselisihan di masa lalu terjadi seperti Pakistan yang menolak proyek pembangunan PLTA dan infrastruktur air India, dengan alasan bahwa proyek tersebut melanggar IWT karena akan mengurangi aliran air ke Pakistan, padahal 80 persen lebih pertanian dan sekitar sepertiga PLTA Pakistan bergantung pada air Indus.

India sendiri juga telah berulang kali mengupayakan adanya peninjauan ulang terhadap IWT, dengan alasan adanya perubahan kebutuhan pada saat ini untuk irigasi, air minum, hingga tenaga air, yang terdampak dari beberapa faktor seperti perubahan iklim.

Berbagai perselisihan itu biasanya dilakukan melalui jalur hukum di tingkat mediasi internasional, tetapi ini pertama kalinya terjadi rencana penangguhan IWT secara sepihak.

Baca Juga: Dampak Terorisme: Lima Siswa Sekolah Usia 5-10 Tahun Tewas Akibat Ledakan di Pakistan

BBC mengungkapkan bahwa berbagai ahli sebenarnya menyatakan bahwa hampir mustahil bagi India untuk menahan puluhan miliar meter kubik air dari sungai-sungai barat selama periode aliran tinggi. Hal itu karena India tidak memiliki infrastruktur penyimpanan besar-besaran dan kanal-kanal ekstensif.

Namun, beberapa ahli mengingatkan bahwa jika India mulai mengendalikan aliran air dengan infrastruktur yang mumpuni, maka Pakistan dapat merasakan dampaknya selama musim kemarau, ketika ketersediaan air sudah berada pada titik terendah.

Kontribusi konflik air

Baca Juga: Taliban: Pengeboman Jet Tempur Pakistan di Afghanistan Tewaskan 46 Orang

Dalam lintasan sejarah umat manusia, konflik air telah banyak berkontribusi terhadap meningkatkan ketegangan bahkan hingga tindak kekerasan, karena sumber air merupakan salah satu dari faktor penting dari terjadinya beberapa konflik di dunia.

Selain perselisihan India-Pakistan terhadap air di lembah Indus, sejumlah kasus lainnya di mana air merupakan faktor berpengaruh dapat disebut konflik Darfur di Sudan sejak 2003.

Kelangkaan air dan berkurangnya lahan subur akibat fenomena penggurunan disinyalir telah meningkatkan ketegangan antara masyarakat nomaden dan petani, serta memperburuk konflik etnis dan berbasis sumber daya, membuat Darfur menjadi konflik modern awal terkait dampak perubahan iklim terhadap ketersediaan air.

Baca Juga: PM Shehbaz Sharif: Lebih dari 22 Juta Anak di Pakistan Tidak Bersekolah

Begitu pula dengan Perang Saudara di Suriah yang sebelum pecah pada 2011, didahului dengan fenomena kekeringan parah selama bertahun-tahun yang terkait dengan perubahan iklim, sehingga menyebabkan migrasi urbanisasi besar-besaran yang memicu adanya keresahan ekonomi dan sosial sebelum konflik meletus.

Halaman:

Berita Terkait