70 Tahun Konferensi Asia Afrika: Relevansi Dasasila Bandung dan Rekonstruksi Tatanan Dunia
- Penulis : Abriyanto
- Jumat, 18 April 2025 13:00 WIB

"Kita lihat ya, PBB efektif tidak di Gaza? Tidak. Efektif tidak di Ukraina? Tidak. Kan semua orang sudah mengambil kesimpulan bahwa PBB sudah tidak lagi fit for purpose, sudah tidak lagi dihiraukan dan tidak bisa berfungsi dengan baik. Ini sudah keputusan," kata Dino.
Perang, konflik dan berbagai pelanggaran hukum dan aturan internasional tersebut menjadi pengingat kuat bahwa tatanan dunia saat ini perlu dikalibrasi ulang. Dengan demikian, dunia kini tengah memasuki fase di mana kebutuhan akan norma dan prinsip yang meyakinkan dalam hubungan internasional sangat mendesak.
Dengan kondisi dunia yang seperti itu, Dasasila dan Semangat Bandung dipandang menjadi semakin relevan untuk digaungkan kembali guna merekonstruksi tatanan dunia di tengah perubahan sistemik tatanan internasional saat ini.
Menurut Kepala Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri RI Yayan Ganda Hayat Mulyana, setidaknya ada enam alasan mengapa Dasasila Bandung adalah yang paling penting dan relevan saat ini untuk merekonstruksi tatanan dunia yang ada menjadi suatu tatanan di mana norma-norma dan prinsip menjadi kekuatan pendorong untuk kesatuan serta penerimaan dan ketaatan penuh oleh para aktornya, .
Alasan pertama, prinsip perdamaian di atas perang dan dialog di atas keengganan atau penolakan untuk berdiskusi. Tatanan dunia yang layak membutuhkan kebiasaan para aktornya untuk selalu menggunakan cara-cara damai ketika perselisihan muncul. Kebijakan dan strategi yang mengutamakan perdamaian membutuhkan komitmen tanpa henti untuk berbagai format diplomatik.
"Di sinilah Prinsip 8 dari Dasasila Bandung sangat relevan ... semua perselisihan internasional diselesaikan dengan cara damai, seperti negosiasi, konsiliasi, arbitrase atau penyelesaian peradilan serta cara damai lainnya berdasarkan pilihan dari pihak-pihak yang terlibat, sesuai dengan Piagam PBB," ujar Yayan.
Baca Juga: Mantan Pelapor PBB, Richard Falk: Mobilisasi Gaza Bisa Sebabkan Perubahan Fundamental
Alasan kedua, inti dari rekonstruksi tatanan dunia adalah penegasan dan jaminan oleh negara-bangsa sebagai aktor utama dalam tatanan global, yang sejalan dengan Prinsip 2 Dasasila Bandung, yakni penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa. Kedaulatan dan integritas teritorial adalah elemen sakral yang mendefinisikan keberadaan suatu negara.
Alasan ketiga, dalam upaya menghidupkan kembali tatanan global, negara-negara harus menaati komitmen teguh terhadap Prinsip 7 Dasasila Bandung, yakni tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik negara mana pun.
Sejak berakhirnya Perang Dunia Kedua, tatanan internasional telah dipenuhi dengan berbagai insiden agresi dan penggunaan kekuatan militer, baik dalam konfrontasi langsung maupun tidak langsung. "Meskipun keseimbangan kekuatan dapat dipertahankan dalam konteks seperti itu, tatanan internasional yang benar-benar damai sulit terwujud," tutur Yayan.
Baca Juga: Elon Musk Sepakat dengan Gagasan Agar AS Keluar dari PBB dan NATO
Alasan keempat, adanya prinsip kesetaraan, inklusif, dan nondiskriminatif dalam Dasasila Bandung. Kunci kelangsungan tatanan global adalah kemampuan tatanan itu untuk menggabungkan keberagaman sistem politik, seperti yang dimaksudkan dalam Prinsip 3 Dasasila Bandung, untuk mengakui kesetaraan semua ras dan kesetaraan semua bangsa, baik besar maupun kecil.