Pengamat Ariston Thendra: Rupiah Menguat Seiring Kekhawatiran Terhadap Pelambatan Ekonomi AS
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 05 Maret 2025 12:34 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan, kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi di Amerika Serikat (AS) memberikan penguatan terhadap nilai tukar (kurs) emerging markets, termasuk rupiah.
“Indeks dolar AS melemah ke kisaran 105,6, level yang belum pernah disentuh sejak awal Desember 2024. Tekanan terhadap dolar AS ini disebabkan oleh tarif impor baru untuk Kanada, Meksiko, dan China sudah berlaku yang menimbulkan kekhawatiran terhadap pelambatan ekonomi di AS,” ucap Ariston Tjendra kepada ANTARA di Jakarta, Rabu, 5 Maret 2025.
Pada Senin, 3 Maret 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa tarif impor produk dari Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada Selasa, 4 Maret 2025 waktu setempat. Perintah eksekutif terkait tarif 25 persen untuk produk yang diimpor dari Kanada dan Meksiko tersebut sebenarnya sudah ditandatangani pada 1 Februari lalu.
Baca Juga: Analis Lukman Leong: Rupiah Cenderung Menguat Seiring Meredanya Ketegangan di Timur Tengah
Kemudian, pemerintah Kanada dan Meksiko berjanji akan meningkatkan upaya mereka mengurangi lalu lintas narkotika di perbatasan, sehingga Trump setuju menangguhkan implementasi tarif tersebut selama sebulan. Namun, pekan lalu, Trump menyatakan bahwa pihaknya akan tetap melanjutkan pemberlakuan tarif.
AS juga memberikan impor barang China sebanyak 10 persen karena karena masih beredarnya fentanil di Negeri Paman Sam. Dengan tambahan tarif tersebut, maka total tarif yang akan dikenakan ke barang-barang asal China menjadi 20 persen setelah pada awal Februari pemerintahan Trump sudah mengenakan tarif impor 10 persen.
Meskipun efek implementasi tarif baru itu menekan dolar AS, lanjutnya, bukan berarti nilai tukar emerging markets akan leluasa menguat terhadap mata uang acuan dunia tersebut.
Baca Juga: Menguatnya Rupiah di Google dan Ilusi Digital yang Menyesatkan
“Nilai tukar emerging markets masih berpeluang melemah terhadap dolar AS karena status aset di emerging markets yang adalah aset berisiko. Kenaikan tarif ini bisa menimbulkan perang dagang yang artinya bisa menyusutkan transaksi perdagangan global, sehingga bisa mengganggu perekonomian negara-negara emerging markets,” ungkap Aris.
Dengan demikian, potensi kurs rupiah melemah terhadap dolar AS yaitu Rp16.500 per dolar AS dengan potensi support sekitar Rp16.400 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta menguat 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp16.431 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.445 per dolar AS.***