DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Dokter Mulianah Daya: Waspadai "Sindrom Yo-yo" Akibat Jalani Diet yang Salah Kaprah dan Tidak Sehat

image
Dokter spesialis gizi dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK saat menjelaskan sindrom Yo-yo dalam diskusi "Diet Itu Mesti Nyaman", di Jakarta, pada Kamis, 27 Februari 2025. (ANTARA/Sri Dewi Larasati)

ORBITINDONESIA.COM - Dokter spesialis gizi klinik lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Mulianah Daya, menyampaikan menjalani diet yang salah kaprah atau ekstra dan tidak sehat bisa menimbulkan sindrom Yo-yo.

Menurut Mulianah Daya, sindrom Yo-yo merujuk pada fluktuasi berat badan yang naik dan turun dalam waktu singkat.

"Yo-yo itu artinya dalam waktu 1 tahun itu akan ada kaitan berat badan, berat naik 5 kilo turun naik 5 kilo dalam waktu kurang dari 3 bulan dan itu terjadi 2-3 kali. Itu kategorinya namanya Yo-yo," kata Mulianah Daya dalam diskusi "Diet Itu Mesti Nyaman", di Jakarta, Kamis, 27 Februari 2025.

Baca Juga: Puasa Berselang, Bentuk Diet yang Efektif dan Berkelanjutan

Dalam hal ini, Dokter Mulianah mencontohkan, jika seseorang dengan berat badan 60 kilogram (kg) dengan lemak sekitar 20, kemudian dia naik berat badannya menjadi 80 kg dan lemaknya bertambah (misal dari 20 ke 40).

Lalu turun lagi ke 60 kg dan lemaknya tetap 40. Hal ini lantaran yang berkurang bukan jumlah lemak, namun yang berkurang hanya ukuran lemak menjadi lebih kecil.

"Jadi sel itu sel lemak bisa terjadi hipertrofi (peningkatan ukuran sel) dan juga hiperplasia (penambahan jumlah sel) naik jumlah dan naik ukuran. Ini yang seram pada Yo-yo," ujarnya.

Baca Juga: Inilah 13 Cara Mudah Terapkan Diet Rendah Gula Dalam Pola Makan Sehari-hari, Kamu Harus Tahu!

Dia menjelaskan lemak dalam tubuh bisa masuk ke mana saja, seperti bisa masuk ke dalam organ, yang disebut lemak visceral atau lemak perut. Dalam hal ini lemak perut tidak hanya di bawah kulit perut, namun juga termasuk di dalam-dalam organ khususnya di liver, pankreas, di mana hal itu yang bahaya apabila tidak terkontrol.

"Semakin kita Yo-yo atau semakin kita naik berat badan. Dietnya tidak dijaga, berat badannya ngga dijaga, kita bukan cuma numpuk lemak, tapi lemak-lemak menurunkannya susah (lemak dalam)," ucapnya.

Lebih lanjut Dokter Mulianah menambahkan bahwa menurut beberapa penelitian seseorang yang mengalami Yo-yo dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.

Baca Juga: Dietisien RSCM, Fitri Hudayani: Tempe adalah Produk Nabati yang Baik untuk Jantung

"Pasien yang mengalami Yo-yo atau penimbunan masa lemak yang cenderung berlebih, hipertrofi dan hiperplasia lemak, resiko kardiovaskular-nya bisa 1,5 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang tidak Yo-yo," ujarnya.***

Berita Terkait