DECEMBER 9, 2022
Internasional

Serba-serbi Berlakunya Gencatan Senjata di Jalur Gaza Pasca 15 Bulan Serangan Brutal Militer Israel

image
Anak-anak Palestina di Gaza (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Minggu, 19 Januari 2025 menjadi hari yang sangat dinantikan oleh rakyat Palestina, terutama Jalur Gaza, karena menjadi hari berlakunya gencatan senjata pasca serangan tanpa henti yang dilakukan Israel sejak 15 bulan lalu.

Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani pada Rabu, 15 Januari 2025 menyatakan bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk menghentikan agresi Israel di Jalur Gaza telah resmi tercapai yang terdiri dari tiga tahap.

Kelompok perlawanan Palestina, Hamas, menyebut perjanjian gencatan senjata dengan Israel di Jalur Gaza sebagai sebuah “titik balik” dalam perjuangan melawan pendudukan Israel.

Baca Juga: Menlu Sugiono: Indonesia Siap Bantu Rekonstruksi Gaza Pascagencatan Senjata

Berikut sejumlah fakta yang perlu ketahui mengenai penerapan gencatan senjata di Gaza.

Sempat tertunda hampir tiga jam

Perjanjian gencatan senjata Gaza yang semula dijadwalkan terjadi pada pada pukul 8.30 waktu setempat (0630GMT) tertunda hampir tiga jam karena tuduhan Israel bahwa Hamas menunda penyerahan daftar tawanan yang akan dibebaskan.

Baca Juga: WHO: Target Bantuan Harian ke Gaza 500-600 Truk Setiap Hari Pascagencatan Senjata

Hamas menyatakan bahwa penundaan pengiriman nama-nama yang akan dibebaskan dalam gelombang pertama gencatan senjata disebabkan oleh alasan teknis dan logistik.

Kesepakatan baru mulai berlaku pada pukul 11.15 waktu setempat (0915GMT) setelah Hamas memberikan tiga nama tawanan perempuan, sesuai tahap pertama gencatan senjata Gaza dan perjanjian pertukaran tawanan dengan Israel. Sedangkan Israel akan membebaskan 90 tawanan Palestina sebagai ganti ketiga perempuan tersebut.

IDF mundur dari Rafah

Baca Juga: Kesepakatan Gencatan Senjata: 1.977 Tahanan Palestina Akan Bebas Ditukar 33 Warga Israel di Gaza

Tentara Israel (IDF) mulai menarik pasukan dan peralatannya dari pusat kota Rafah di Jalur Gaza selatan pada Minggu. Militer Israel tersebut mundur ke Koridor Philadelphia yang terletak di perbatasan Mesir dan Jalur Gaza.

Mundurnya pasukan Israel tersebut sebagaimana disepakati pada tahap pertama gencatan senjata yang mencakup [embebasan 33 sandera Israel dengan imbalan sekitar seribu tahanan Palestina.

Kemudian, pasukan diharuskan Israel harus mundur ke perbatasan Jalur Gaza, meskipun mereka akan tetap berada di sana untuk saat ini.

Baca Juga: Gencatan Senjata di Gaza, Sekjen Hizbullah Naim Qassem Ucapkan Selamat pada Palestina

Sekitar 600 truk masuki Gaza

Perlintasan Rafah yang menjadi satu-satunya akses yang menghubungkan Jalur Gaza dengan Mesir dibuka kembali pada Minggu sesuai dengan kesepakatan gencatan senjata yang melibatkan pembebasan para sandera.

Sekitar 600 truk bantuan yang mengangkut bantuan medis, tenda, dan modul rumah sakit lapangan, bersama dengan 50 truk lainnya yang memuat bahan bakar, diperkirakan akan memasuki Gaza setelah melalui pemeriksaan oleh pihak Israel. Sejumlah alat berat telah bekerja di dekat area perlintasan untuk memulihkan jalan-jalan internal menuju ke Gaza.

Baca Juga: Donald Trump Berharap Gencatan Senjata Gaza dan Pertukaran Sandera Israel-Hamas Bisa Bertahan

Aparat keamanan Gaza dikerahkan

Ribuan aparat keamanan Gaza mulai dikerahkan di beberapa area di wilayah kantong tersebut pada Minggu menyusul berlakunya gencatan senjata dengan Israel. Pengerahan tersebut berdasarkan rencana untuk menjaga keamanan dan menegakkan aturan di seluruh wilayah.

"Kota-kota mulai kembali beroperasi dan merehabilitasi jalan-jalan, tak lama setelah gencatan senjata dimulai,” kata kantor media pemerintah Gaza.

Baca Juga: Hidayat Nur Wahid: Gencatan senjata Israel-Hamas Tidak Lupakan Kejahatan Israel Terhadap Warga Gaza

Selain itu, kementerian dan institusi pemerintah sudah siap sepenuhnya untuk bekerja di bawah rencana pemerintah untuk memastikan kehidupan kembali normal secepatnya.

Mesir awasi penerapan gencatan senjata

Mesir secara resmi mengumumkan pembentukan ruang kerja bersama untuk memantau pelaksanaan gencatan senjata Gaza antara Israel dan Hamas.

Baca Juga: Hamas Rilis 3 Nama Warga Israel yang Akan Bebas Sesuai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Kementerian Luar Negeri Mesir menyampaikan bahwa pembentukan ruang kerja bersama tersebut merupakan komitmen Mesir untuk berkoordinasi dengan mitra-mitranya, Qatar dan AS, untuk memastikan stabilitas kesepakatan dan pelaksanaannya secara penuh.

Ruang kendali yang berbasis di Mesir tersebut akan memantau pertukaran sandera dan tahanan, masuknya bantuan kemanusiaan, serta pergerakan orang setelah dibukanya kembali perlintasan Rafah.***

Halaman:

Berita Terkait