Beijing Kecam Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Karena Salahkan China Atas Krisis Domestik
- Penulis : Mila Karmila
- Jumat, 13 Desember 2024 00:01 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Beijing mengecam Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol karena diduga menyalahkan China atas krisis dalam negeri negaranya, demikian laporan media pemerintah, Kamis, 12 Desember 2024.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning mengatakan Beijing sangat terkejut dan tidak puas dengan komentar Yoon Suk Yeol dalam pernyataan publik keduanya sejak upayanya yang gagal memberlakukan darurat militer Korea Selatan minggu lalu.
"Walaupun China tidak mengomentari urusan dalam negeri Korea Selatan, China dengan tegas menentang pengaitan masalah domestik dengan faktor yang berhubungan dengan China, membuat tuduhan tidak berdasar mengenai apa yang disebut ‘spionase China’, dan mendiskreditkan kerja sama ekonomi dan perdagangan yang normal," kata Mao.
Baca Juga: Mantan Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Yong Hyun Mencoba Bunuh Diri di Fasilitas Penahanan
Pada Kamis pagi, Yoon menuduh beberapa warga negara China menerbangkan pesawat nirawak (drone) dan merekam kapal induk Amerika Serikat yang berlabuh di kota pelabuhan tenggara Busan, serta merekam Badan Intelijen Nasional dengan drone.
Korea Selatan adalah sekutu utama AS di Timur Jauh yang menampung lebih dari 28.500 serdadu AS. Kapal perang dan pesawat militer AS secara rutin mengunjungi Korea Selatan.
Yoon membenarkan keputusannya mengumumkan darurat militer yang ditolak oleh parlemen dalam waktu enam jam dengan mengatakan partai oposisi utama sekarang mengancam keamanan nasional dan keselamatan publik.
Baca Juga: Dituduh Lakukan Makar, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Mengaku Tak Paham Alasannya
Partai Oposisi Demokratik yang memiliki 170 dari 300 anggota di parlemen menggalang 190 anggota parlemen untuk menentang langkah Yoon.
Dia mengatakan pemerintahnya mencoba mengubah ketentuan spionase, tetapi partai oposisi utama memblokirnya.
Presiden Yoon akan menghadapi pemungutan suara pemakzulan kedua pada Sabtu karena dia menghadapi tuduhan pengkhianatan dan pemberontakan, serta larangan bepergian.***