Catatan Denny JA: Memulai Tradisi Ikut Merayakan Hari Raya Agama Lain secara Sosial
- Penulis : Bramantyo
- Minggu, 24 November 2024 12:35 WIB
Di tengah dunia yang sering kali terpecah oleh isu agama, tradisi ini mengingatkan kita bahwa keberagaman bukanlah ancaman.
Sebaliknya, ia adalah kekayaan. Melalui perayaan sosial lintas agama, kita menegaskan bahwa identitas keagamaan kita tidak perlu menjadi alasan untuk memisahkan diri dari komunitas yang lebih besar.
3. Merayakan Nilai-Nilai Universal
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menambah Elemen Penghayatan bahkan untuk Hal-hal Kecil
Setiap agama membawa pesan kebaikan, kasih sayang, dan keadilan. Merayakan hari raya agama lain secara sosial adalah cara untuk menghormati nilai-nilai ini tanpa terikat pada ritus keagamaan tertentu. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap esensi universal yang dimiliki semua agama.
Tentu saja, ada kritik terhadap gagasan ini. Beberapa pihak mungkin berargumen bahwa ikut merayakan hari raya agama lain dapat dianggap sebagai pengaburan identitas keagamaan.
Namun, penting untuk dipahami bahwa social gathering pada hari raya agama lain tidak berarti kita mengadopsi ritus keagamaan tersebut.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Menyelamlah, Apapun Agama yang Dianut
Merayakan Natal tidak berarti kita menjadi Kristen, sebagaimana berbuka puasa di Ramadan tidak menjadikan kita Muslim.
Kebersamaan ini justru melampaui perbedaan ritual, fokus pada nilai-nilai kemanusiaan yang lebih besar. Ini adalah cara untuk saling menghormati tanpa kehilangan identitas pribadi.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Donald Trump Menang? Dan Apa Efeknya Buat Indonesia?
Hari ini, dunia mengenal lebih dari 4200 agama, masing-masing membawa cerita, tradisi, dan nilai-nilainya sendiri.