DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Forum Ulama: Umat Islam Perlu Teliti Sebelum Melaksanakan Kampanye Boikot

image
Ilustrasi boikot produk yang dianggap mendukung Israel (Foto: CNN)

Penulis buku ‘Membumikan Al-Qur’an ini juga menyoroti daftar produk-produk yang beredar di media sosial. Menurutnya, sebagian dari produk tersebut tidak perlu diboikot. Sebabnya, dia meminta publik untuk lebih berhati-hati dalam melakukan aksi tersebut.

"Nah, pada dasarnya kita harus memboikot yang jelas-jelas membantu Israel, yang tidak, kita harus berhitung dong; apakah dia lebih rugi atau kita lebih rugi?" kata alumnus Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir itu.

Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng (BWPT) KH. Abdul Halim Mahfudz menjelaskan bahwa ajaran Islam tidak pernah membenarkan umatnya untuk memboikot produk-produk yang hanya disebut-sebut saja terafiliasi dengan Israel tanpa disertai bukti konkret. Sebab, perbuatan seperti itu bisa menjadi fitnah terhadap perusahaan-perusahaan tersebut.

Baca Juga: Ratusan Orang di Swedia Minta Israel Diboikot dari Keikutsertaan di Eurovision Song Contest di Malmo, 11 Mei 2024

"Dalam Islam itu tidak boleh memutuskan secara sewenang-wenang. Semua harus ada dalil, harus ada hukumnya, harus ada kriteria nya, harus ada standarnya," katanya.

Pengasuh Pesantren Salafiyah Seblak, Jombang ini melanjutkan, boikot itu adalah kegiatan sekelompok orang, individu atau organisasi untuk menarik perhatian masyarakat agar ikut memberikan tekanan kepada Israel untuk menghentikan agresi militernya di Palestina.

"Tapi, tidak harus melakukan boikot terhadap produk-produk yang hanya disebut-sebut saja ada afiliasinya dengan Israel tanpa bukti. Nyatanya, belum ada yang bisa membuktikannya sampai sekarang, termasuk MUI dan Kominfo," katanya.

Baca Juga: Ribuan Warga Ikuti Aksi Bela Palestina di Depan Kedubes AS di Jakarta dan Serukan Boikot Produk Pro Israel

Halim berpendapat bahwa untuk membuktikan bahwa produk-produk itu terafiliasi dengan Israel kriterianya harus jelas. Begitu juga, sambung dia, dengan standarnya harus ada yang membuktikan bahwa produk-produk itu mendukung Israel atau tidak.

Dia mengungkapkan, hingga saat ini tidak ada satu lembaga pun yang memberikan keabsahan daftar perusahaan yang diduga terafiliasi Israel. Dia melanjutkan, kondisi ini membuat isu boikot menyebar dengan liar.

"Dari situ, orang menjadi tidak transparan lalu orang menjadi seenaknya sendiri menggolongkan seperti yang saat ini terjadi di masyarakat," katanya.***

Baca Juga: Ketua Umum Margaret Aliyatul Maimunah Tegaskan Fatayat NU Tak Pernah Ajak Boikot Produk Prancis

Halaman:

Berita Terkait