DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika 221 Penulis Bersaksi soal Pemilu dan Demokrasi di Indonesia, Tahun 2024

image

Di sinilah penulis mengambil peran yang vital. Lewat kata-kata mereka, penulis menyuarakan yang bisu, menerangi yang gelap, dan melawan narasi palsu yang merusak kepercayaan publik.

Mereka tidak hanya menulis untuk mencatat, tetapi untuk menggerakkan hati dan pikiran, memastikan demokrasi tetap menjadi alat perjuangan rakyat, bukan permainan elit.

Lebih dari itu, penulis adalah penjaga harapan. Dalam puisi, esai, atau cerita, mereka menanamkan mimpi tentang pemimpin yang adil dan masyarakat yang berdaya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness

Spirit ini penting karena demokrasi tanpa harapan adalah demokrasi yang rapuh. Dengan tulisan, mereka merawat optimisme publik dan menolak kepasrahan terhadap realitas yang korup.

Ketika suara penulis hadir, ia menjadi nyala kecil yang menghidupkan semangat besar. Spirit ini memastikan bahwa pemilu bukan hanya tentang memilih pemimpin, tetapi tentang menjaga nilai-nilai yang menyatukan kita sebagai bangsa.

Sebab tanpa spirit itu, demokrasi dapat kehilangan jiwanya, dan tanpa jiwa, demokrasi hanyalah ritual kosong.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Renungan Sumpah Pemuda, Warna Nasionalisme di Era Algoritma

Tugas merawat demokrasi, dan melindunginya, bukan hanya mulia, tetapi juga mendesak, demi memastikan masa depan yang lebih baik bagi semua.

-000-

Buku ini adalah karya bersama, buah dari semangat kolektif yang didorong oleh Perkumpulan Penulis Indonesia Satupena, 2024.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Menambah Elemen Penghayatan bahkan untuk Hal-hal Kecil

Dalam sejarah, penulis selalu menjadi elemen penting merespons diskursus publik. Ketika suara masyarakat terancam terpinggirkan oleh bising politik dan kekuasaan, penulis hadir untuk memastikan bahwa demokrasi tetap bermakna.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait