Catatan Denny JA: Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z
- Penulis : Bramantyo
- Sabtu, 16 November 2024 13:30 WIB
Empati bukan hanya tentang merasa iba, melainkan tentang terhubung dengan manusia lain pada tingkat yang lebih dalam. Sastra, dalam hal ini puisi esai, memungkinkan mereka untuk menghidupkan cerita-cerita nyata dengan sensibilitas, membuatnya terasa nyata bagi pembaca.
Ketiga, dengan menciptakan puisi esai, Generasi Z tidak hanya bersaksi untuk masa kini tetapi juga mewariskan pengalaman mereka bagi masa depan.
Berdasarkan data LSI Denny JA, kini hanya 16 persen dari populasi Indonesia yang setahun lalu sempat membaca setidaknya satu buku sastra (puisi, novel, drama). Sekecil apapun gerakan Gen Z menulis puisi esai dari Aceh hingga Papua dapat kembali membawa sastra ke tengah gelanggang.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee
Setiap kata yang mereka tulis menjadi bagian dari jejak sejarah, pengingat bahwa ketidakadilan dalam bentuk tertentu terjadi di era mereka dan harus dilawan. Mereka meninggalkan warisan kemanusiaan yang melampaui batas usia dan waktu.
Di dunia yang kerap terjebak dalam kedangkalan, puisi esai menjadi saksi bisu yang akan terus berbicara. Ia menggugah kita agar tidak pernah melupakan peran dalam merespons ketidakadilan.
Ketika mereka mengungkapkan pengalaman ini, mereka tidak hanya menyuarakan peristiwa, tetapi juga melatih empati dan kepekaan sosial yang kian tergerus oleh derasnya informasi cepat.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning
Di tengah dunia yang kerap terjebak dalam citra dangkal, puisi esai menawarkan ruang bagi kedalaman dan refleksi, tempat di mana setiap kisah bisa hidup dan berakar.
“Ketika kata menjadi saksi, maka sejarah sebuah peristiwa takkan hilang ditelan waktu.”
Melalui puisi esai mereka, Generasi Z menuliskan jejak mereka, mencatat harapan, dan menjadi penjaga nilai-nilai kemanusiaan yang esensial.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness
Jakarta, 15 November 2024 ***