Catatan Denny JA: Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z
- Penulis : Bramantyo
- Sabtu, 16 November 2024 13:30 WIB
Topik utama Festival Puisi Esai Jakarta kedua, Desember 2024, bertema Kesaksian Generasi Baru.
Komunitas puisi esai sengaja mengajak Generasi Z dari berbagai wilayah di Indonesia untuk menuliskan kisah nyata yang telah mereka saksikan atau alami.
Puisi esai sendiri merupakan perpaduan antara puisi dan prosa yang menyuarakan kisah nyata, yang difiksikan dalam bingkai estetik untuk menggugah pembaca. Catatan kaki hadir secara sentral karena ia mewakili kisah nyata yang dipuisikan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee
Generasi Z ikut menjadi saksi langsung dari isu-isu aktual yang mereka hadapi: ketidakadilan, HAM, lingkungan hidup, dan isu kemanusiaan lainnya.
Mengapa penting bagi Generasi Z untuk mulai bersaksi atas ketidakadilan melalui puisi esai?
Pertama, dengan menulis puisi esai, Generasi Z diajak untuk melihat dunia melalui lensa yang lebih tajam. Sastra membuka ruang kontemplasi, memperdalam kesadaran akan isu-isu yang sering terlewat di tengah derasnya arus digital.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning
Melalui penulisan, mereka dipaksa untuk berhenti, merenung, dan mengungkapkan apa yang mereka lihat dan rasakan.
Kesadaran ini adalah akar dari pemahaman yang dalam, karena sebelum seseorang bisa berjuang melawan ketidakadilan, ia harus terlebih dahulu menyadarinya.
Kedua, puisi esai memberi Generasi Z alat untuk melatih empati. Ketika mereka menuliskan pengalaman ketidakadilan yang mungkin dialami atau disaksikan, mereka memasuki kehidupan lain.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness
Mereka mendengar suara-suara terpendam, merasakan kepedihan yang sering kali tersembunyi di balik layar.