Catatan Denny JA: Potret Batin Indonesia, Aceh hingga Papua, dari Kacamata Generasi Z
- Penulis : Bramantyo
- Sabtu, 16 November 2024 13:30 WIB
Puisi esai ini mengangkat budaya sekaligus derita dari kehidupan yang berujung pada pertumpahan darah, menciptakan potret yang menyentuh antara cinta seorang ibu dan harga diri keluarga.
Lalu, ada “Menyingkap Retak” karya Aqilah Mumtaza, yang menceritakan perempuan yang terperangkap dalam kekerasan rumah tangga.
Ia menjadi simbol dari perjuangan perempuan di tengah tekanan sosial. Kisah ini membuka tabir luka batin yang sering disembunyikan oleh masyarakat, memperlihatkan sisi kelam yang kerap tersimpan di balik dinding-dinding rumah.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee
Sementara itu, “Luka Lara Dinda” karya Atiya Fathina menggambarkan perpecahan ideologis dalam keluarga selama Perang Cumbok di Aceh.
Ada konflik besar yang mampu mengoyak hubungan antara anggota keluarga yang saling mencintai. Puisi ini membawa pembaca pada dilema dan perihnya sebuah pilihan, antara loyalitas keluarga dan keyakinan pribadi.
Perang Cumbok adalah konflik bersenjata di Aceh yang berlangsung dari 2 Desember 1945 hingga 16 Januari 1946.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning
Perang ini terjadi antara kelompok ulama (teungku) yang mendukung kemerdekaan Indonesia dan para uleebalang (teuku) yang berpihak pada Belanda.
Konflik ini berakar dari perselisihan kekuasaan dan ideologi pasca-proklamasi. Para teuku khawatir kehilangan hak istimewa dan memilih mendukung Belanda.
Perang ini meninggalkan luka mendalam di masyarakat Aceh, memecah persaudaraan dan keluarga karena perbedaan politik. Perang Cumbok menjadi simbol perpecahan internal dan dampak traumatis dari pengaruh kolonialisme dalam sejarah Aceh.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Kelima Hidup Bermakna, Spiritualitas dan Wellness
-000-