Catatan Denny JA: Ketika 180 Kreator Milenial dan Gen Z, dari Aceh hingga Papua, Bersaksi Melalui Puisi Esai
- Penulis : Mila Karmila
- Kamis, 14 November 2024 10:23 WIB
Di tengah dunia yang semakin kompleks, menulis sastra adalah cara bagi milenial dan Gen Z untuk merangkul diri, memahami dunia, dan memberi makna pada perubahan.
Mereka tidak hanya menulis untuk mengungkapkan diri, tetapi juga untuk menyuarakan generasi mereka yang kaya dengan keberagaman, tantangan, dan mimpi.
Melalui puisi esai, mereka belajar menjadi saksi dan pemimpin masa depan yang lebih peka, lebih bijaksana, dan lebih kuat dalam memahami serta mempengaruhi dunia di sekitar mereka.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Ketiga Hidup Bermakna, Passion
Dengan menulis, mereka mengukir jejak di tengah arus digital yang berlalu begitu cepat. Mereka menunjukkan bahwa meski dunia terus bergerak, kita tetap bisa menemukan kedamaian, makna, dan jati diri melalui sastra.
Menulis bukan hanya tentang mengisi halaman kosong; ia adalah perjalanan menuju ke dalam, menuju pemahaman yang lebih dalam tentang dunia dan tentang diri.
Di tangan 180 kreator milenial dan Gen Z ini, dari Aceh hingga Papua, puisi esai bukan sekadar kata-kata. Ia adalah suara generasi, yang menggemakan harapan, kekhawatiran, cinta, melalui kesaksian mereka.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee
Sebanyak 18 buku puisi esai para milenial dan generasi Z ini segera bisa dibaca online.
Sekecil apa pun, ini bagian meningkatkan minat baca sastra dengan integrasi sastra di media digital. Ia memanfaatkan platform populer dan format interaktif agar sastra lebih mudah diakses dan relevan bagi generasi muda.
Bagaikan gema lembut di tebing sunyi, puisi esai mereka menyuarakan ketidakadilan, hak asasi, dan kemanusiaan, menembus hati dengan fiksi yang meresap dari kisah hidup yang nyata.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning
Jakarta, 14 November 2024 ***