DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika 180 Kreator Milenial dan Gen Z, dari Aceh hingga Papua, Bersaksi Melalui Puisi Esai

image
Catatan Denny JA: Ketika 180 Kreator Milenial dan Gen Z, dari Aceh hingga Papua, Bersaksi Melalui Puisi Esai. (istimewa)

Dengan menulis puisi esai, mereka belajar untuk tidak hanya melihat isu-isu tersebut dari permukaan, tetapi menyelam lebih dalam, memahami akar masalah, serta merasakan empati terhadap mereka yang terlibat.

Seperti halnya pohon yang tumbuh dari akar yang kuat, kepekaan sosial tumbuh dari pemahaman yang mendalam.

Sastra membantu mereka untuk tidak hanya melihat masalah, tetapi juga merasakannya. Dalam menulis, mereka belajar merangkul cerita orang lain, menjadikannya bagian dari diri, dan tumbuh sebagai individu yang lebih peka terhadap keadaan sekitar.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Ketiga Hidup Bermakna, Passion

Kedua: Mengembangkan Diri dan Identitas

Di tengah derasnya arus globalisasi dan digitalisasi, milenial dan Gen Z sering kali merasa terhanyut tanpa pegangan. Identitas menjadi sesuatu yang labil dan mudah terpengaruh.

Sastra, khususnya puisi esai, menjadi media yang memungkinkan mereka untuk mengeksplorasi dan menemukan jati diri mereka. Ketika mereka menulis, mereka memaksa diri untuk merenung, menggali lapisan terdalam dari pikiran dan perasaan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Air Mata Jurnalis Perang, Inspirasi dari Film Lee

Puisi esai memberi ruang bagi mereka untuk memadukan refleksi pribadi dengan kisah-kisah sosial yang lebih besar. Mereka diajak untuk mengajukan pertanyaan: “Siapa aku di tengah dunia yang berubah cepat ini? Apa yang penting bagiku?

Bagaimana aku bisa membawa perubahan melalui tulisan?” Melalui proses menulis, mereka belajar untuk tidak sekadar mengikuti arus, tetapi menjadi bagian dari perubahan yang mereka inginkan.

Sebagai contoh, seorang milenial yang besar di Jakarta menulis tentang dinamika kehidupan urban yang penuh hiruk-pikuk, tetapi juga merindukan ketenangan dan kesederhanaan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Hukum Keempat Hidup Bermakna, Small Winning

Sementara itu, seorang pemuda di desa terpencil mengeksplorasi kehidupan yang seolah jauh dari gemerlap dunia, tetapi terobsesi dengan dunia metropolitan karena sering melihatnya di medsos.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait