Cerpen Rusmin Sopian: Robohnya Rumah Pejuang
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 12 November 2024 23:32 WIB
”Kalian semua memang tidak mengerti dengan sejarah. Kalian semua tidak paham sejarah. Kalian hanya mengerti menindas dan penindasan,” sambungnya dengan suara terbata-bata.
”Paham kah kalian semua, bahwa di rumah itu naskah sejarah bangsa dibuat? Tahukah kalian kalau di rumah itu menjadi awal dari berdirinya bangsa ini?” lanjutnya.
Ingatan lelaki tua itu melayang ke masa silam. Puluhan tahun yang lalu. Ya, puluhan tahun silam. Di rumahnya yang berdinding papan itu, beberapa tokoh bangsa asyik berbincang. Berdiskusi dengan penuh heroik.Wajah mereka tampak sangat serius. Sesekali terdengar suara kencang dari perbincangan itu.
Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Tuhan yang Telanjang
"Kalau bukan sekarang, kapan kita merdeka," seseorang dari mereka bersuara agak keras. Menakutkan cecak yang menempel di papan rumah.
"Saya mendukung usulan brilian itu. Kita harus merdeka apa pun resikonya," sambung yang lain.
"Sudah terlalu lama mereka menjajah kita. Menghisap tumpah darah kita. Menghisap darah Ibu pertiwi. Apakah kita tidak malu direndahkan martabat diri kita? Padahal bangsa ini bangsa besar. Bangsa kuat, saatnya kita merdeka," seseorang dari mereka bersuara dengan keras sembari mengepalkan tangannya ke udara sembari meneriakkan kata merdeka.
Baca Juga: CERPEN: Wanita yang Berjuang Demi Pacarnya yang Dipecat
"Merdeka," koor itu bergema kencang. Menembus cakrawala.
Ingatan lelaki tua itu kembali menerobos ruang waktu masa lampau. Saat cahaya rembulan mulai membangkrut, para tokoh bangsa itu telah siap dengan naskah proklamasi untuk dibawa ke ibu kota negara Jakarta dan dibacakan pada hari Jumat, 17 Agustus.
Dan lelaki tua itu sangat ingat dan masih ingat sekali, saat seorang dari tokoh bangsa itu memintanya untuk menjaga rumah itu.
Baca Juga: Aplikasi Penyedia Novel Bacaan dan Cerpen, MaxNovel Berkomitmen Berdayakan Para Penulis Indonesia
"Pak Liluk harus menjaga rumah ini dengan baik. Di rumah ini, sejarah bangsa dimulai," ungkap seorang dari tokoh bangsa itu saat hendak meninggalkan rumahnya pada dini hari yang sangat dingin itu.