DECEMBER 9, 2022
Puisi

Cerpen Rusmin Sopian: Robohnya Rumah Pejuang

image
Ilustrasi rumah yang dibongkar (Foto: TVOneNews)

Bola matanya terus memandang rumah yang terus roboh dan dirobohkan belalai buldozer hingga rata dengan tanah.  Dibantai keganasan alat berat yang terus meraung-raung dengan suara garang. Meluluhlantakkan kawasan pemukiman warga tanpa rasa kemanusiaan.

Kekecewaan melanda sekujur tubuh tuanya. Degup jantungnya turun naik.  

Seluruh mata, tiba-tiba tertuju kepadanya. Saat dirinya berlari ke arah  alat berat yang hendak merobohkan sebuah bangunan rumah semi permanen di kawasan pemukiman penduduk itu.

Baca Juga: CERPEN Syaefudin Simon: Tuhan yang Telanjang

Itu adalah satu-satunya rumah yang belum roboh. Satu-satunya rumah yang masih tersisa. Menunggu giliran dihantam belalai buldozer.

Dirinya berdiri persis didepan alat berat. Suasana menjadi genting. Teriakkan menyingkir terus dinarasikan para warga untuk dirinya. 

"Mundur, Pak. Mundur, Pak. Berbahaya," teriak para warga dengan suara cemas.

Baca Juga: CERPEN: Wanita yang Berjuang Demi Pacarnya yang Dipecat

Lelaki tua itu tidak memperdulikannya sama sekali. Dia berdiri di depan alat berat yang siap memangsa. Bak singa lapar yang siap menerkam musuh. Melumatnya hingga hancur berkeping-keping.

Suara perintah dari komandan penggusuran terdengar kencang lewat pengeras suara. Memekakkan telinga.
Sedetik kemudian, operator alat berat pun segera mematikan mesin buldozer yang ganas itu. 

Suara alat berat pun seketika mati. Suasana menjadi senyap. Hening. Cahaya matahari masih diatas kepala. Belum menuruni langit. Sinarnya masih terasa garang.

Baca Juga: Aplikasi Penyedia Novel Bacaan dan Cerpen, MaxNovel Berkomitmen Berdayakan Para Penulis Indonesia

”Langkahi mayat saya dulu sebelum kalian semua menghancurkan rumah itu,” teriaknya dengan sisa-sisa suara tuanya.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait