Konjen RI di Melbourne, Kuncoro Waseso Baca Puisi pada Peluncuran Buku Suara dari Kampus di Deakin University
- Penulis : Bramantyo
- Selasa, 05 November 2024 20:15 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Konjen RI Melbourne, Kuncoro Waseso membaca puisi pada peluncuran buku Suara dari Kampus, Guru Australia Indonesia Berpuisi di Deakin University, Melbourne, Australia, Senin 4 November 2024.
Kuncoro Waseso, yang bertindak sebagai pembicara utama pada peluncuran dan bedah buku antologi puisi karya anggota SATUPENA tersebut merasa tersanjung hadir dalam acara yang dihadiri guru-guru dan dosen Indonesia-Australia.
Kuncoro Waseso membacakan dua puisi, satu dari buku antologi guru yang juga anggota SATUPENA dan puisi karyanya sendiri yang berkisah tentang anaknya. Puisinya cukup menyentuh para hadirin karena ditulis dengan hati atas apa yang dia rasakan terhadap anaknya.
Baca Juga: Ribuan Orang Berunjuk Rasa Dukung Palestina di Australia Jelang Setahun Genosida oleh Israel di Gaza
Lebih lanjut ia mengatakan, membaca puisi yang ditulis indah oleh para guru dan dosen itu menjadi inspirasi baginya, sehingga ia ikut membaca dan menulis puisi yang sudah lama ia tinggalkan karena kesibukan kerja sebagai diplomat. Ia berharap program ini bisa bisa meningkatkan hubungan Indonesia-Australia.
Selain keynote speaker Kuncoro, juga bicara Dr Fauziah Afriyani, dosen Indo Global Mandiri University, Palembang dan Prof Rebecca Fanany, dosen Central Queensland University yang diwakili Prof Ismet Fanany karena sedang sakit.
Fauziah membahas buku Suara Dari Kampus melalui perspektif sumber daya manusia yang merupakan bidang kajiannya. Ia juga menawarkan beberapa tindak lanjut dari diskusi untuk pengembangan SDM melalui menulis dan Sastra.
Menurutnya, sastra tidak hanya kolaborasi berkarya tetapi juga mempererat hubungan budaya Australia-Indonesia dalam meningkatkan kompetensi guru, dosen maupun widyaiswara dalam proses belajar-mengajar.
Prof Ismet mengulas puisi antologi ini, yang menurutnya sangat inspiratif dan aspiratif dalam menyuarakan persoalan guru di Indonesia dan Australia.
Puisi dapat menjadi nyanyian semakin dalam makna dan gagasannya apalagi jika puisi tersebut ditulis dengan ilmu dan menyentuh hati masyarakat.
Ia mencontohkan Carl Sagan yang terkenal dengan karya terbesarnya The Pale Blue Dot pada acara teve "Cosmos". tentang bumi yang dilihat dari antariksa. Ia menyebutnya sebagai titik biru pucat.