DECEMBER 9, 2022
Buku

Konjen RI di Melbourne, Kuncoro Waseso Baca Puisi pada Peluncuran Buku Suara dari Kampus di Deakin University

image
Acara peluncuran buku Suara dari Kampus, Guru Australia Indonesia Berpuisi di Deakin University, Melbourne, Australia, Senin 4 November 2024 (Foto: SATUPENA Sumbar)

ORBITINDONESIA.COM - Konjen RI Melbourne, Kuncoro Waseso membaca puisi pada peluncuran buku Suara dari Kampus, Guru Australia Indonesia Berpuisi di Deakin University, Melbourne, Australia, Senin 4 November 2024.

Kuncoro Waseso, yang  bertindak sebagai pembicara utama pada peluncuran dan bedah buku antologi puisi karya anggota SATUPENA tersebut merasa tersanjung hadir dalam acara yang dihadiri guru-guru dan dosen Indonesia-Australia.

Kuncoro Waseso membacakan dua puisi, satu dari buku antologi guru yang juga anggota SATUPENA dan puisi karyanya sendiri yang berkisah tentang anaknya. Puisinya cukup menyentuh para hadirin karena ditulis dengan hati atas apa yang dia rasakan terhadap anaknya. 

Baca Juga: Ribuan Orang Berunjuk Rasa Dukung Palestina di Australia Jelang Setahun Genosida oleh Israel di Gaza

Lebih lanjut ia mengatakan, membaca puisi yang ditulis indah oleh para guru dan dosen itu menjadi inspirasi baginya, sehingga ia ikut membaca dan menulis puisi yang sudah lama ia tinggalkan karena kesibukan kerja sebagai diplomat. Ia berharap program ini bisa bisa meningkatkan hubungan Indonesia-Australia. 

Selain keynote speaker Kuncoro, juga bicara  Dr Fauziah Afriyani, dosen Indo Global Mandiri University, Palembang dan Prof Rebecca Fanany, dosen Central Queensland University yang diwakili Prof Ismet Fanany karena sedang sakit. 

Fauziah membahas buku Suara Dari Kampus melalui perspektif sumber daya manusia yang merupakan bidang kajiannya. Ia juga menawarkan beberapa tindak lanjut dari diskusi untuk pengembangan SDM melalui menulis dan Sastra.

Baca Juga: Musisi Maluku Meriahkan Festival Pesona Indonesia yang Promosikan Wisata dan Budaya di Darwin Australia

Menurutnya, sastra tidak hanya kolaborasi berkarya tetapi juga mempererat hubungan budaya Australia-Indonesia dalam meningkatkan kompetensi guru, dosen maupun widyaiswara dalam proses belajar-mengajar. 

Prof Ismet mengulas puisi antologi ini, yang menurutnya sangat inspiratif dan aspiratif dalam menyuarakan persoalan guru di Indonesia dan Australia. 

Puisi dapat menjadi nyanyian semakin dalam makna dan gagasannya apalagi jika puisi tersebut ditulis dengan ilmu dan menyentuh hati masyarakat. 

Baca Juga: Polisi Denpasar Tak Temukan Tanda Kekerasan Pada Tubuh Warga Australia yang Meninggal di Hotel Kuta, Bali

Ia mencontohkan Carl Sagan yang terkenal dengan karya terbesarnya The Pale Blue Dot pada acara teve "Cosmos".  tentang bumi yang dilihat dari antariksa. Ia menyebutnya sebagai titik biru pucat.

Melalui foto itu, Sagan menunjukkan bahwa bumi sangatlah kecil, hanya sebesar titik yang berada di tengah luasnya area tata surya dan semesta. Carl Sagan yang visioner menulis buku ini pada 1994.

Lebih lanjut Ismet mengatakan, satu-satunya negara yang ada pelajaran Bahasa Indonesia yang terstruktur dan sistematis itu hanya Australia. Namun sejak kasus pemboman kedutaan Australia, dua jurnalis yang dibunuh dan bom Bali, banyak orang tua yang melarang anaknya belajar Bahasa Indonesia. Peristiwa tersebut memberi kesan Indonesia negeri yang tidak bisa bertoleransi sehingga menurunkan citra. 

Baca Juga: Menlu Australia Penny Wong Kecam Oposisi yang Tak Dukung Gencatan Senjata di Gaza dan Lebanon

"Dulu kedekatan Indonesia-Australia luar biasa dalam berbagai bidang termasuk pendidikan Bahasa Indonesia, sekarang lebih dominan bidang kesehatan dan pertahanan. Selain itu pilihan berbahasa kompetisinya dengan bahasa lain juga sudah banyak. Karena itu VILTA (Victoria Indonesian Languages Teachers Association) ingin membangun kembali kerjasama Bahasa Indonesia dengan SATUPENA Sumbar, agar Bahasa Indonesia kembali bergairah dan diminati orang-orang Australia", tambah Astrid Dux, Vice President VILTA. 

Ikut hadir guru Indonesia Australia yang juga penulis buku, yakni Abdil Bajili, Zahara, Guru PGRI, Eka Teresia, guru SMK Negeri  6, Edrawati, guru SMP 13, Yacinta Dosen Monash University. Ikut juga menulis puisi: Fauziah dan Astrid Dux dengan editor Ismet Fanany. 

Ketua SATUPENA Sumbar, Sastri Bakry sangat berbahagia karena acara peluncuran buku ini berjalan lancar dan berharap ada tindak lanjut dari pertemuan ini,seperti pertukaran guru dan karya-karya berikutnya di bidang sastra dan literasi pendidikan. 

Baca Juga: Balai Bahasa Indonesia Gelar Bedah Novel Ashadi Siregar pada Malam Sastra di Canberra, Australia

Acara ini diakhiri dengan makan bersama dan kesepahaman dengan kerjasama berikutnya, yang akan dituangkan dalam MOA (Memorandum of Agreement). Terutama untuk syarat, hak, dan kewajiban untuk guru berkualifikasi yang akan dilakukan pada 2025. Guru-guru dari Sumbar membacakan puisi dengan semangat setelah acara resmi selesai. ***

Berita Terkait