Isu Bahaya BPA Pada Kemasan Pangan Terus Dapat Bantahan Dunia Medis
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 15 Oktober 2024 14:55 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Bahaya kandungan Bisphenol A (BPA) pada kemasan pangan, khususnya galon air minum dalam kemasan (AMDK), terus mendapat bantahan dari dunia medis. Bantahan kali ini diutarakan oleh pakar Lembaga Riset Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dokter Aditiawarman Lubis.
Melalui akun instagram @duniakesehatan.co.id, Aditiawarman mengatakan bahwa BPA tidak memiliki bahaya apapun bagi tubuh manusia. Artinya, masyarakat tidak perlu khawatir untuk mengonsumsi air dalam galon polikarbonat (PC) karena tidak memiliki dampak negatif bagi tubuh apalagi perkembangan anak.
"Nggak bahaya kalau dikonsumsi ambang batas aman. Ambang batas dari BPOM yakni 0,6 mg/kg berat tubuh," jelas Aditiawarman Lubis dalam akun tersebut.
Baca Juga: BPOM Merespons Isu Jentik Nyamuk di Galon AMDK yang Dikabarkan di TikTok
Dalam kesempatan itu dia juga menjelaskan hubungan antara BPA dan kanker. Dokter dengan gelar magister kesehatan masyarakat ini memaparkan bahwa hubungan antara BPA sebagai penyebab kanker masih belum jelas dan masih butuh penelitian lebih lanjut.
"Saya coba luruskan kesalahpahaman yang terjadi, karena hingga saat ini belum bisa ditemukan hubungan sebab akibat antara BPA dan kanker," katanya.
Dia mengatakan, hal ini dikarenakan data epidemiologi yang ada masih terbatas. Sementara, isu bahaya BPA yang muncul saat ini terjadi karena efek dari BPA aktif dalam kadar tertentu, yang menyerupai hormon estrogen dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen di dalam tubuh.
Baca Juga: Dokter Anak dan Kepala BKKBN Sebut Tak Ada Kaitan Obesitas pada Anak dengan AMDK Galon Polikarbonat
"Namun penelitian yang ada belum konklusif," jelas Aditiawarman lagi.
Dia sekaligus mengungkapkan kalau penelitian yang ada saat ini juga belum dapat mengonfirmasi hubungan sebab-akibat pasti paparan BPA pada gangguan perkembangan dan saraf anak. Dia menjelaskan, hal ini lantaran adanya kendala dalam dalam mengevaluasi eksposur BPA dan dampaknya pada gangguan otak.
Dia menjelaskan, eksposur terhadap BPA selalu terjadi berbarengan dengan kemungkinan interaksi bersamaan bahan kimia lain yang memiliki resiko serupa. Selain itu, sambung dia, belum ada alat yang sempurna untuk menilai dampak disruptor endokrin pada perkembangan saraf.
Baca Juga: Awas, Jangan Pilih AMDK Dengan Kandungan Bromat Berlebih yang Berpotensi Memicu Kanker
"Sedangkan kebanyakan alat yang digunakan berupa kuesioner yang dapat menyebabkan bias," katanya.