Uni Emirat Arab Luncurkan Bantuan Senilai Rp 1,5 Triliun untuk Lebanon, Kirim Pesawat Bantuan Medis
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 05 Oktober 2024 09:57 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Uni Emirat Arab (UAE) pada Jumat, 4 Oktober 2024 mengumumkan peluncuran kampanye bantuan nasional untuk mendukung Lebanon, dimulai dengan pengiriman pesawat bantuan medis.
Langkah tersebut mengikuti arahan Presiden Mohammed bin Zayed, yang menyetujui paket bantuan kemanusiaan darurat senilai 100 juta dolar (sekitar Rp1,5 triliun) untuk Lebanon, menurut pernyataan dari Kementerian Luar Negeri Uni Emirat Arab.
Pesawat Uni Emirat Arab pertama, dengan slogan "UAE bersama Anda, Lebanon," mendarat di bandara Beirut pada Jumat dengan membawa 40 ton pasokan medis yang mendesak. Pengiriman tersebut dilakukan dengan koordinasi bersama Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Upaya bantuan tersebut mencerminkan komitmen UAE untuk mendukung rakyat Lebanon dan menyoroti hubungan persaudaraan yang erat antara kedua negara selama masa kritis, kata Kementerian Luar Negeri.
Menteri Negara untuk Kerja Sama Internasional Reem binti Ibrahim Al Hashimy mengatakan bantuan awal tersebut menandai dimulainya respons UAE terhadap kebutuhan mendesak rakyat Lebanon.
Dia menekankan bahwa UAE tetap berkomitmen untuk memberikan dukungan kemanusiaan guna meringankan penderitaan dan memenuhi kebutuhan mendesak, khususnya bagi populasi yang paling rentan.
Baca Juga: Liga Arab Adakan Pertemuan Darurat di Kairo Mesir, Bahas Serangan Israel ke Lebanon
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam permusuhan lintas batas sejak Israel melancarkan perang di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023 -- konflik yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 41.800 korban yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Serangan Israel di Lebanon telah menewaskan sedikitnya 2.011 korban, melukai lebih dari 9.500 orang dan membuat 1,2 juta orang mengungsi, menurut otoritas Lebanon.
Masyarakat internasional telah menyatakan kekhawatiran bahwa serangan Israel yang sedang berlangsung di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.***