Jika ingatan saya tak berkhianat pada fakta, Denny JA mulai menampilkan lukisan-lukisan dengan asistensi AI pada trimester akhir 2022. Pada acara Anugerah Nasional Satupena, Desember 2022 yang berlangsung di Galeri Cemara untuk merayakan keberhasilan Profesor Musdah Mulia (nonfiksi) dan penyair Eka Budianta (fiksi) menerima anugerah itu, lukisan-lukisan AI dalam beragam ukuran bingkai dengan wajah para penulis sebagai obyek lukisan, tersebar di seantero ruang kebudayaan publik yang didirikan filsuf dan pemikir kebudayaan Toeti Heraty itu.
Salah satu dari lukisan Denny JA menampilkan wajah saya di antara belasan wajah penulis nasional lainnya.
Lukisan AI Denny JA juga tampil pada ucapan selamat ulang tahun yang hangat dan empatetik. Seperti hari ini, Minggu 22 September 2024, Denny JA membuat kartu ucapan selamat untuk Balai Pustaka yang berulang tahun ke-107 dengan ilustrasi lukisan wajah Achmad Fachrodji, Direktur Utama Balai Pustaka, di latar depan dan taman aneka bunga dan buku yang bermekaran di latar belakang.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Pemulung Itu Seorang Doktor
2/
Jika saya menggunakan sebutan “Human Prompt” untuk Denny JA—sependek pengetahuan saya belum pernah ada yang menggunakannya predikat ini—maka saya awali lebih dulu dengan sebuah penafian (disclaimer) bahwa saya tidak meminjam dari, atau terpengaruh dengan, serial dokumenter The Human Prompt yang dibuat Nikon untuk mendokumentasikan serangkaian kreativitas manusia di tempat-tempat tak terduga dengan tingkat ekstremitas tinggi, yang memberikan hasil visual menakjubkan.
Namun “Human Prompt” juga tidak saya nisbatkan kepada Denny JA hanya karena lukisan-lukisan AI yang dia buat untuk medsos, atau bahkan yang ditampilkan di Galeri Nasional dua pekan lalu seiring kedatangan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mencari Akar Keluarga di Kebumen
“Human Prompt” adalah sebutan yang berkelindan dengan aktivitas terkini Denny JA yang sedang bertungkus lumus membangun komunitas Kreator Era AI (KEAI). Ide ini tampaknya mengkristal di kepala Doktor Jurusan Perbandingan Politik dan Bisnis Universitas Negeri Ohio (The Ohio State University) itu pada 30 Agustus - 1 September lalu.
Ketika itu, Denny JA sebagai Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA membuat program “Writing Retreat” bersama OM Institute yang dinakhodai penulis-sosiolog vokal Okky Madasari untuk menghasilkan para penulis baru yang berbobot. Saya sebenarnya termasuk yang diundang sebagai tamu kehormatan untuk mengikuti acara di Puncak, Jawa Barat yang berlangsung 3 hari bersama beberapa tamu undangan lain seperti Eka Budianta, Nasir Tamara (ketua pertama Satupena, 2017 – 2021) dan Didin S. Damanhuri, Guru Besar Ilmu Ekonomi Pembangunan IPB. Namun saat itu saya terkendala hadir tersebab problem kesehatan yang sedang membutuhkan pemulihan serius.
Meski saya berhalangan hadir mengikuti “Writing Retreat”, namun saya dimasukkan ke dalam WAG yang baru dibuat dengan nama Kreator Era AI (KEAI). Di antara anggota KEAI adalah Budiman Hakim, pakar iklan yang mahir menjelajahi jurang-ngarai dunia AI; Ahmadie Thaha, jurnalis kawakan yang juga piawai dalam mengelola prompt; atau Ismet Fanany, Guru Besar Deakin University, Australia, serta ratusan nama lainnya yang langsung berlomba-lomba berbagi tips & trick dalam membuat karya-karya dengan asistensi AI dalam format teks, musik dan video pendek.
Baca Juga: Orasi Denny JA: Mengapa Kita Perlu Forum Para Kreator di Era AI?
Sangat terasa degup era digital yang menyelusup ke dalam sumsum para kreator di grup itu yang kemudian beranak-pinak menjadi WAG KEAI berdasarkan provinsi, mirip struktur organisasi Satupena sebagai induk perkumpulan, meski tidak semua anggota KEAI adalah anggota Satupena dan tidak semua anggota Satupena diundang sebagai anggota KEAI. Setidaknya itu sekilas pengamatan saya terhadap WAG yang baru tiga pekan berjalan namun per hari ini sudah memiliki 1.005 orang anggota.