DECEMBER 9, 2022
Kuliner

Sensasi Menyesap Ranub, Camilan Unik Khas Aceh yang Berkhasiat dan Dibuat dari Buah Pinang

image
Bakhtiar, pedagang ranub dan pinang di samping Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, menunjukkan ranub, camilan khas Aceh. ANTARA/Zuhdiar Laeis

Baik ranub manis maupun pahit, seolah menjadi makanan atau hantaran wajib yang harus ada dalam setiap hajatan, seperti perkawinan, hajatan sunat, hingga ketika ada kedukaan atau kematian.

Sebagaimana ditulis Agung Suryo Setyantoro dalam bukunya berjudul "Ranup pada Masyarakat Aceh" yang diterbitkan Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh tahun 2009, tradisi makan ranub dalam tradisi masyarakat Aceh merupakan warisan budaya silam lebih dari 300 tahun lalu.

Pada masa kesultanan Aceh, ranub memainkan peranan penting bukan hanya sebagai bahan konsumsi semata, melainkan juga dipergunakan dalam upacara-upacara kebesaran sultan.

Baca Juga: LINK NONTON dan DOWNLOAD Film My Sassy Girl 2022, Siapkan Camilan dan Tisu karena Mengandung Bawang

Ternyata, ranub memiliki berbagai makna bagi masyarakat Aceh, yakni simbol pemuliaan tamu yang terlihat jelas dari kesenian tari ranub lam puan maupun berbagai jamuan ranub yang ditunjukkan kepada tamu, besan, dan juga orang-orang yang dihormati.

Pada upacara pernikahan, tepatnya saat kedua belah pihak keluarga mempelai menyepakati tanggal pernikahan, maka pihak calon pengantin laki-laki akan mendatangi rumah pihak calon pengantin perempuan dengan membawa ranub kong haba (sirih penguat kata) sebagai lambang perjanjian kawin atau pertunangan.

Ranub juga menjadi simbol perdamaian dan kehangatan sosial yang tergambar ketika berlangsung musyawarah untuk menyelesaikan persengketaan, upacara perdamaian, upacara peusijuk, meu-uroh, dan upacara lainnya.

Baca Juga: Sedang Liburan di Yogyakarta, Inilah 6 Pusat Belanja Oleh Oleh dari Jajanan hingga Kerajinan

"Ranub melambangkan sifat dan watak para peserta musyawarah yang dijiwai oleh semangat setia kawan, seia sekata, hidup rukun dan damai, 'sapeu kheun ngon buet' (satu kata dengan perbuatan)," tulisnya dalam buku setebal 141 halaman itu.

Kemudian, ranub sebagai media komunikasi sosial sehingga banyak orang mengistilahkan dengan ranub sigapu yang berarti sebagai pembuka komunikasi.

Makna ranub secara simbolik adalah sebagai pemberian kecil antara pihak-pihak yang akan mengadakan suatu pembicaraan dan lambang formalitas dalam interaksi masyarakat Aceh.

Baca Juga: Selain Pretzel, Inilah Camilan Manis Khas Rusia, Cocok Jadi Teman Minum Teh di Pagi Hari

Meski sudah berlangsung ratusan tahun lalu, ranub ternyata masih bertahan menjadi tradisi masyarakat Aceh yang sampai sekarang bisa dijumpai dan dipergunakan dalam berbagai kegiatan maupun untuk dikonsumsi pribadi.

Halaman:
1
2
3
4
5
Sumber: Antara

Berita Terkait