Denny JA, Monumen Dedikasi di Tengah Tsunami Artificial Intelligence
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 17 Agustus 2024 09:33 WIB
Kelima, sebagian penulis sudah terganggu dengan hasil kreasi AI seperti komunitas penulis Hollywood melakukan protes dan pemogokan terhadap penggunaan AI dalam penulisan skenario dan menuntut regulasi yang lebih ketat (Parade, 2024).
Keenam, dari akumulasi problematik di atas menghasilkan pertanyaan, “Maka untuk apa menulis jika susah dijadikan sebagai sandaran hidup?” (Reedsy, 2024)
000
Baca Juga: Denny JA Diundang Presiden Jokowi Berdiskusi Empat Mata di Istana Negara: Inilah yang Dibahas
Paparan selanjutnya yang disampaikan Jonminofri, Ketua Pelaksana Harian SATUPENA, mendedah program-program yang sudah, sedang, dan akan dijalankan. Salah satunya program pelatihan menulis bagi anggota SATUPENA dengan mentor Ivan Lanin (Narabahasa) dan saya (ANB) pada 2022, serta Eka Budianta dan Budiman Hakim pada 2023.
Untuk tahun 2024, format pelatihan dipersegar dalam bentuk outing/retreat ke luar kota bersama Okky Madasari yang akan berlangsung pada Jum’at – Minggu (30-31 Agustus dan 1 September 2024) di De Pointé Resort & Resto, Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Belasan program lainnya diungkapkan Jon yang menunjukkan tentang denyut SATUPENA sebagai organisasi penulis bukan hanya dinamis di atas kertas, melainkan bersimbah peluh dan kerja keras.
Bendahara Umum SATUPENA, Ajisatria Suleiman dalam paparannya menjelaskan bahwa biaya yang sudah digelontorkan untuk menjalankan pelbagai program, termasuk mendanai International Minangkabau Literary Festival yang sudah memasuki tahun kedua dan dimotori SATUPENA Sumatra Barat dengan Ketua Sastri Y. Bakry, sudah mencapai Rp3,108 miliar.
“Sampai akhir kepengurusan, saya perkirakan pengeluaran organisasi bisa menyentuh angka Rp5 miliar,” ungkap Denny JA.
Di tengah senja kala industri buku dan literasi versi cetak, menggerakkan roda organisasi penulis sama sekali bukan hal mudah.
Baca Juga: ORASI DENNY JA: Sisi Ekonomi Gerakan Lingkungan Hidup dan Green Religions
Memang tak sedikit orang Indonesia dengan kekayaan melimpah, namun jika harus menginjeksi dana seperti dilakukan Denny J.A. untuk merajut dan mengaktifkan jaringan penulis dari Barat sampai ke Timur tanah air, jumlah mereka yang rela berkorban langsung menyusut dengan cepat. Bahkan tak sampai sebanyak jumlah jari sebelah tangan.