DECEMBER 9, 2022
Kolom

Denny JA, Monumen Dedikasi di Tengah Tsunami Artificial Intelligence

image
Denny JA, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA. (OrbitIndonesia/kiriman)

Oleh Akmal Nasery Basral*

ORBITINDONESIA.COM - Senyum Manuel Kaisiepo, 70 tahun, terkembang lebar. Intelektual berdarah Papua itu tidak sedang bertugas sebagai Anggota Tim Penasehat Senior Kantor Staf Presiden (KSP) Republik Indonesia yang diembannya sejak 2020, melainkan selaku anggota Dewan Penasihat Perkumpulan Penulis Nasional SATUPENA yang diketuai penulis prolifik Denny JA.

“Kaitan sastra dan realitas sosial bisa dipertimbangkan sebagai topik bahasan dalam beberapa seri webinar mendatang, agar memberi ruang lebih lebar kepada teman-teman sastrawan daerah untuk berpartisipasi,” ujar Manuel Kaisiepo mantan Menteri Negara Percepatan Pembangunan dalam rapat tahunan anggota secara online, Kamis 15 Agustus 2024 malam.

Baca Juga: Denny JA Diundang Presiden Jokowi Berdiskusi Empat Mata di Istana Negara: Inilah yang Dibahas

Sejak Denny JA didapuk selaku Ketua Umum SATUPENA melanjutkan kepemimpinan Nasir Tamara, ketua umum pertama periode 2017 – 2021, webinar mingguan berlangsung rutin selama tiga tahun terakhir dengan hanya sekali absen.

Tanpa terasa Kamis pekan lalu sudah memasuki episode ke-144 sejak dimulai pada 23 Agustus 2021, yang mengusung topik “Mengenang Budi Darma”, sastrawan besar yang meninggal dua hari sebelumnya.

Bagi sebuah perkumpulan penulis, konsistensi menggelar diskusi mingguan adalah salah satu kekuatan SATUEPNA.

Baca Juga: Temui Presiden di Istana Negara, Denny JA Sebut Publik Bakal Sibuk Bahas 10 Tahun Pemerintahan Jokowi

Terhadap usulan Manuel tersebut, Denny JA yang sejak mahasiswa di era 80-an sudah menjadi kolumnis media cetak nasional menyatakan sangat mendukung.

“Sastra memang tak bisa dilepaskan dari realitas sosial sekelilingnya,” ujar pencetus kemunculan puisi esai melalui antologi Atas Nama Cinta (2012) itu.

Anggota Dewan Penasihat lainnya, sosiolog dan sastrawan Okky Madasari, berharap SATUPENA lebih kritis dalam mengomentari persoalan kemasyarakatan.

Baca Juga: ORASI DENNY JA: Sisi Ekonomi Gerakan Lingkungan Hidup dan Green Religions

“Misalkan dalam kontroversi program sastra masuk kurikulum beberapa waktu lalu. Meski saya termasuk salah seorang kurator program itu, sikap resmi SATUPENA sebagai organisasi penulis tetap dibutuhkan dalam mengkritisi,” ujar penerima Kusala Sastra Khatulistiwa 2012 itu. 

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait