DECEMBER 9, 2022
Internasional

Menteri Lebanon: Kunjungan Penasihat Presiden Joe Biden, Amos Hochstein ke Lebanon untuk Selamatkan Muka AS

image
Amos Hochstein (Foto: The Cradle)

ORBITINDONESIA.COM - Kunjungan penasihat senior Presiden Amerika Serikat Joe Biden, Amos Hochstein, ke Timur Tengah bertujuan untuk menjaga posisi AS di tengah dukungan Washington bagi Israel dalam konflik kawasan, kata Plt Menteri Lebanon untuk Pengungsi, Issam Charafeddine.

Amos Hochstein diperkirakan akan mengunjungi Beirut pada Rabu, 14 Agustus 2024 untuk bertemu dengan Penjabat Perdana Menteri Najib Mikati, ketua parlemen Nabih Berri dan para pejabat tinggi lainnya.

"Tujuan utama kunjungan penasihat Biden, Amos Hochstein, ke kawasan ini adalah untuk menyelamatkan muka AS, yang – dan ada bukti substansial mengenai hal itu – terlibat dalam semua kejahatan Israel," kata Charafeddine kepada Sputnik, Selasa, 13 Agustus 2024.

Baca Juga: Kabinet Lebanon Bahas Serangan Udara di Beirut, Serukan Tekanan Komunitas Internasional Terhadap Israel

"Dia (Hochstein) datang ke sini hanya karena Washington khawatir otoritas Israel akan dirusak. Namun demikian, kami perlu mencari tahu pesan apa yang disampaikan utusan AS tersebut, meskipun kami tahu bahwa pesan itu adalah kebohongan," kata Charafeddine.

Menteri tersebut mengingatkan bahwa Israel telah melanggar kedaulatan Lebanon dalam serangannya di Beirut, yang menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr.

Oleh karena itu, kata Charafeddine, Hizbullah berhak untuk menanggapi serangan tersebut walaupun selama ini memiliki komitmen teguh pada aturan dan pendekatan bijaksana dalam konfrontasi itu.

Baca Juga: Maskapai Penerbangan Jerman, Lufthansa Batalkan Penerbangan ke Israel, Lebanon Karena Isu Keamanan

"Berbeda dengan Israel, yang melakukan kejahatan yang harus dipertanggungjawabkan di pengadilan internasional," ujarnya. 

Pemerintah Lebanon saat ini dihadapkan pada tugas untuk membentuk komite darurat, mengatur komunikasi di antara para anggotanya, dan mempelajari semua perincian mengenai tempat penampungan bagi para pengungsi, papar sang menteri.  

Jumlah pengungsi saat ini mencapai 100.000 orang dan diperkirakan akan terus meningkat jika perang terjadi.

Baca Juga: Makin Gawat, AS Desak Warganya untuk Meninggalkan Lebanon dengan Tiket Apa pun yang Tersedia

Semua kementerian terlibat dalam upaya ini, termasuk kementerian pendidikan, yang sedang mempersiapkan sekolah-sekolah untuk menampung pengungsi, kata Charafeddine menambahkan.

Sebelumnya pada 31 Juli, tentara Israel (IDF) melancarkan serangan udara ke sebuah bangunan perumahan di pinggiran selatan Beirut hingga menewaskan Shukr dan sedikitnya empat warga sipil.

Hizbullah bersumpah akan membalaskan dendam pemimpinnya yang syahid tersebut.

Baca Juga: Jenderal Lebanon: Hizbullah dan Iran Akan Serang Fasilitas Militer Israel, Tapi Tak Akan Bahayakan Warga Sipil

Pada pertengahan Juni, komando militer Israel mengumumkan persetujuan rencana tempur untuk melakukan serangan di Lebanon.

Setelah itu, Menteri Luar Negeri Israel Katz mengancam akan menghancurkan Hizbullah dan menyebabkan kerusakan serius di Lebanon jika terjadi perang skala penuh, serta menambahkan bahwa Israel hampir membuat keputusan yang akan mengubah aturan di front utara.

Sebaliknya, Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah mengatakan pada 19 Juni bahwa gerakan tersebut dapat menyerang Israel utara jika konfrontasi meningkat.***

Sumber: Antara

Berita Terkait