Ukraina Mengatakan Telah Menenggelamkan Kapal Selam Rusia Saat Berlabuh di Semenanjung Krimea
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 04 Agustus 2024 09:04 WIB
Dan dinas keamanan dalam negeri Rusia, FSB, baru-baru ini mengatakan telah menggagalkan rencana Ukraina untuk menghancurkan kapal induk terakhirnya, Admiral Kuznetsov. Kapal yang diluncurkan pada tahun 1985 itu telah menjalani perbaikan sejak tahun 2018.
Sementara itu, pejabat di Kyiv mengatakan pesawat nirawak Ukraina menargetkan lapangan udara utama dan depot minyak di Rusia.
Serangan itu menargetkan lapangan udara Morozovsk, tempat bom berpemandu yang baru-baru ini menghancurkan kota-kota Ukraina, disimpan.
Baca Juga: NATO Yakini Ukraina Tidak Dapat Lancarkan Serangan Balik Terhadap Rusia pada 2024
Rekaman daring yang dikatakan berasal dari pangkalan itu menunjukkan ledakan dahsyat dan kebakaran besar, setelah beberapa serangan terhadap depot bahan bakar atau amunisi. Rusia mengatakan banyak pesawat nirawak yang digunakan ditembak jatuh, tetapi pemerintah setempat telah mengumumkan keadaan darurat di sekitar pangkalan udara itu.
Fasilitas penyimpanan minyak juga menjadi sasaran di wilayah Rostov, Kursk, dan Belgorod.
Serangan itu terjadi setelah Rusia meluncurkan lebih dari 600 bom udara berpemandu ke Ukraina dalam seminggu, menurut Presiden Volodymyr Zelensky.
Ia mengatakan bahwa sangat penting bagi Ukraina untuk menghentikan pesawat Rusia meluncurkan amunisi dan mengatakan bahwa menyerang lapangan udara di Rusia untuk melakukannya adalah "cukup adil".
Sekutu Ukraina sebelumnya enggan mengizinkannya menyerang di Rusia menggunakan senjata Barat, meskipun AS baru-baru ini memberikan izin kepada Kyiv untuk menyerang beberapa target di sepanjang perbatasan.
Awal minggu ini menteri luar negeri Lithuania mengatakan pengiriman pertama jet tempur F-16 telah tiba di Ukraina. Sudah lama dijanjikan oleh sekutu NATO Kyiv, Presiden Zelenky memandang pesawat itu sebagai pusat rencana pertahanan udara negaranya.
Surat kabar The Times melaporkan bahwa enam jet yang disumbangkan oleh Belanda telah tiba di negara itu, tetapi pejabat pertahanan Belanda menolak berkomentar ketika dihubungi oleh BBC awal minggu ini.