Pizaro Ghozali Idrus: Masa Depan Hamas Setelah Wafatnya Ismail Haniyeh
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 01 Agustus 2024 02:14 WIB
Namun bila bangsa Palestina mengharap kemerdekaan dan kehidupan mulia maka pilihannya hanyalah melawan.
Sejak saat itu, Hamas terus memperkuat konsolidasi. Memperkokoh basis militernya hingga bertransformasi menjadi pasukan elit yang disegani Zionis sebagaimana terjadi pada Perang Al Furqan pada 2008-2009.
Analis politik Palestina Wisam Afifah mengatakan, upaya Israel untuk melumpuhkan perlawanan Hamas pada perang itu terbukti kontraproduktif bagi Israel. Dampak perang itu hanya menyebabkan meningkatnya kekuatan Hamas, tidak hanya secara militer, namun juga secara politik di Timur Tengah.
Baca Juga: Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh Desak Pemerintah Baru Pakistan Berperan Aktif tentang Gaza
Sebab dalam momentum ini, faksi pejuang Palestina itu justru telah mengambil banyak pelajaran dan meningkatkan persenjataannya, yang tercermin dalam tiga perang berikutnya Hijaratus Sijjil (2012) dengan manuver roket Hamas, Ashful Ma’kul (2014) dengan kemajuan taktik serangan, Saiful Quds (2021) lewat inovasi rudal jelajah.
Hal serupa terjadi dalam Operasi Taufan Al Aqsha pada 7 Oktober 2023. Dalam agresinya, penjajah Israel menargetkan untuk menghabisi Hamas beserta seluruh komponen kekuatan politik dan militernya. Sesumbar Netanyahu untuk menghancurkan Hamas dan perlawanan rakyat dalam hitungan singkat tak terbukti.
Selama hampir 10 bulan itu, Hamas masih bertahan dan belum terlihat tanda-tanda menyerah. Perang dan agresi Israel hanya merusak dan membumihanguskan infrastruktur di Jalur Gaza serta membunuh warga sipil, anak-anak, wanita dan orang tua. Tapi tidak perlawanan bangsa Palestina.
Baca Juga: Jusuf Kalla Bahas Kondisi Terkini Palestina Bersama Pemimpin Hamas Ismail Haniye di Doha Qatar
Ribuan warga Palestina telah terbunuh, termasuk banyak anak-anak, dan puluhan ribu rumah, sekolah, dan gedung perkantoran telah hancur. Namun angka-angka itu tidak pernah berhasil melumpuhkan Hamas dan spirit perjuangan bangsa Palestina.
Operasi Taufan Al Aqsha justru telah mengubah bandul geopolitik global. Negara-negara Arab yang tadinya telah berjabat tangan melakukan normalisasi dengan Israel menanggung beban moral yang sangat kuat.
Dunia internasional tidak hanya mengecam Israel dan sekutu baratnya, tapi juga bungkamnya dunia Arab yang tidak melakukan tindakan berarti untuk menghentikan penjajahan.
Baca Juga: Lin Jian: China Dukung Faksi-faksi Palestina, Hamas dan Fatah, Mencapai Rekonsiliasi
Dukungan internasional kepada Palestina pun kian menguat di mana sebanyak 143 negara mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB dan hanya 9 negara yang menolak. Baru-baru ini Mahkamah Internasional memutuskan pendudukan Israel adalah ilegal.