Pizaro Ghozali Idrus: Masa Depan Hamas Setelah Wafatnya Ismail Haniyeh
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 01 Agustus 2024 02:14 WIB
Oleh: Pizaro Ghozali Idrus*
Gerakan Perlawanan Islam atau Hamas mengumumkan bahwa Kepala Biro Politik Ismail Haniyeh telah syahid akibat pembunuhan yang dilaporkan dilakukan penjajah Israel di ibu kota Iran, Teheran pada Rabu, 31 Juli 2024.
Wakil Kepala Biro Politik Hamas Mousa Abu Marzouq mengatakan, pembunuhan tersebut adalah tindakan pengecut dan Hamas tidak akan membiarkan begitu saja.
Baca Juga: Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh Desak Pemerintah Baru Pakistan Berperan Aktif tentang Gaza
Sejatinya, perlawanan Hamas tidak akan pernah padam dengan wafatnya Haniyeh. Karena gerak Hamas sudah berjalan by system.
Hal ini sebagaimana dikatakan petinggi Hamas Sami Abu Zuhri usai gugurnya Haniyeh. Dia menegaskan bahwa penjajah Israel bernafsu untuk melumpuhkan Hamas dan ingin mematahkan spirit rakyat Palestina.
Namun Hamas adalah sebuah gagasan, dan kesyahidan para pemimpinnya tidak akan menghentikan gagasan ini.
Baca Juga: Jusuf Kalla Bahas Kondisi Terkini Palestina Bersama Pemimpin Hamas Ismail Haniye di Doha Qatar
“Pembunuhan ini tidak akan mencapai tujuan penjajahan dan tidak akan mampu menggeser Hamas dari mengambil alih kekuasaan, sebab Hamas akan terus menempuh jalan ini sampai akhir, dan darah ini telah meningkatkan tekadnya,” ujar Zuhri.
Situasi ini sudah terbukti pada tahun 2004 ketika pendiri Hamas Syekh Ahmad Yassin dan Dr Abdul Aziz Rantisi gugur dalam rentang waktu satu bulan. Meski kedua tokoh adalah figur kunci gerakan, tidak ada perubahan kebijakan dalam gerakan Hamas. Perlawanan terus dilakukan.
Perjuangan merebut kemerdekaan tidak kendor. Bahkan Hamas memenangkan pemilu Palestina yang bersejarah tahun 2006 yang mengejutkan Israel dan Amerika Serikat. Hamas sukses meraih kursi parlemen terbanyak mengalahkan Fatah.
Baca Juga: Lin Jian: China Dukung Faksi-faksi Palestina, Hamas dan Fatah, Mencapai Rekonsiliasi
Bagi Hamas, hanya ada dua alternatif dalam menentukan nasib bangsa Palestina: menyerah atau terus melawan. Kalau rakyat Palestina hendak hidup di bawah penjajahan Israel, maka pilihannya menyerah.