Adji Sularso: Aspek Penting Pengadaan Kapal Selam di Indonesia
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Minggu, 21 Juli 2024 18:01 WIB
Hubungan politik luar negeri juga berpengaruh dalam pemilihan negara asal pembuat kapal, baik dari pandangan Indonesia maupun perspektif negara produsen.
Kedua, pilihan teknologi akan selalu menjadi dilema bagi Indonesia karena Indonesia belum memiliki galangan kapal yang memiliki desain teknologi masa depan yang murni buatan bangsa Indonesia. Saat ini masih dalam proses transformasi teknologi yang hampir 100 persen mengadopsi teknologi dari luar, tapi dibuat di Indonesia.
Kondisi ini tentu saja berimplikasi kepada kurangnya tingkat kerahasiaan dan kurang cocoknya produksi kapal selam tersebut bagi kondisi geografis maupun kecocokan bagi postur kru Indonesia.
Baca Juga: Sinyal: Kapal Selam Kelas Ohio AS Dikirim Sebagai Bentuk Pencegahan Baru di Timur Tengah
Setiap pilihan teknologi tentu juga berdampak kepada penyiapan infrastruktur pendukung yang biayanya tidak kecil.
Sebagai contoh keberadaan fasilitas pengisian baterai yang disebut stasion bantu (sionban) disiapkan untuk pengisian dan pemeliharaan baterai kapal selam yang menggunakan baterai cair (acid battery), saat ini masih dapat dimanfaatkan untuk mendukung 4 kapal selam yang ada saat ini, yaitu KRI Cakra dan 3 kapal klas Nagapassa eks Korea Selatan, karena keempat kapal tersebut masih menggunakan baterai cair dengan ukuran sama.
Jika nantinya dua kapal selam Scorpene Evolved yang akan dibuat di PT PAL dengan energi lithium ion battery (LIB), maka tidak lagi memerlukan fasilitas sionban, namun diganti dengan stasiun pengisian semacam on shore LIB charger yang lebih sederhana dan murah.
Baca Juga: Panglima TNI dan Kasad Terima Brevet Kehormatan Hiu Kencana dari Korps Kapal Selam TNI AL
Contoh lain adalah simulator kapal selam, baik untuk sistem penyelaman maupun olah gerak untuk taktis tempur, disiapkan untuk mendukung kapal selam tipe 209 buatan Jerman.
Maka untuk keperluan scorpene evolved buatan Prancis tentu diperlukan perubahan mendasar hardware dan software atau bahkan harus pengadaan baru.
Ketiga, penyiapan SDM kru kapal juga menjadi dilema dan tantangan pada setiap pilihan teknologi. Kru yang saat ini aktif di kapal dilatih sejak di sekolah kapal selam selama 9 bulan menggunakan doktrin dan pedoman pengoperasian dan teknis kapal selam U 209 dan tercermin dari kurikulum maupun tenaga pengajar yang sudah dipersiapkan.
Pilihan teknologi dengan pengadaan scorpene evolved tentu memerlukan redesain pendidikan dan pelatihan, kurikulum, dan penyiapan instruktur yang harus dilakukan sejak dini sebelum kapal selesai produksi.