DECEMBER 9, 2022
Internasional

Dewan Muslim Amerika: Politisi AS dari Partai Demokrat atau pun Republik Tidak Berbuat Cukup untuk Gaza

image
Arsip - Warga membawa bendera Palestina saat Aksi Bela Palestina di depan Kedubes AS Jakarta, Sabtu, 1 Juni 2024. ANTARA/Khaerul Izan/aa.

ORBITINDONESIA.COM - Kalangan Muslim Amerika Serikat merasa terasing pada tahun pemilu kali ini akibat frustrasi, karena politisi AS baik dari Partai Demokrat maupun Republik tidak berbuat cukup untuk menyelesaikan konflik di Jalur Gaza.

"Krisis yang sedang berlangsung di Gaza telah meningkatkan perasaan frustrasi dan ketidakberdayaan dalam komunitas Muslim Amerika Serikat," ungkap Sekjen Dewan Organisasi Muslim AS Oussama Jammal kepada Sputnik.

"Ada persepsi bahwa kedua partai tidak melakukan upaya yang cukup untuk mengadvokasi penyelesaian konflik yang adil dan merata, sehingga menimbulkan rasa kehilangan hak dan kekecewaan terhadap proses politik," lanjutnya.

Baca Juga: Komisi Anti Rasisme Dewan Eropa: Insiden Kekerasan Atas Muslim Meningkat Sejak Perang Gaza

Partai Republik dan Demokrat dinilai memiliki kandidat yang kebijakan dan tindakannya kurang menguntungkan komunitas Muslim Amerika, sehingga membuat mereka merasa kehilangan tempat tinggal secara politik karena tidak ada pihak yang sepenuhnya sejalan dengan nilai-nilai dan keprihatinan mereka, tambah Jammal.

Jammal menjelaskan, Partai Republik secara tradisional mengambil sikap pro-Israel yang terkadang dapat meminggirkan perspektif dan kekhawatiran Muslim Amerika mengenai kebijakan Timur Tengah, khususnya mengenai masalah Palestina.

Ada juga kekhawatiran mengenai sikap Partai Republik terhadap imigrasi dan keamanan nasional, yang terkadang memuat retorika yang dianggap anti-Muslim, papar Jammal.

Baca Juga: Mengapa Presiden Emomali Rahmon Melarang Hijab di Tajikistan yang Mayoritas Muslim, Ini Latar Belakangnya

Partai Demokrat lebih terbuka untuk berinteraksi dengan komunitas Muslim Amerika, tetapi masih terdapat perpecahan di dalam partai mengenai pendiriannya terhadap Israel dan Palestina, katanya.

Hal ini, menurut dia, dapat menyebabkan posisi kebijakan yang tidak konsisten serta kurangnya dukungan jelas terhadap hak dan keprihatinan untuk Palestina.

Sejumlah pemilih dari kalangan Muslim Amerika merasa bahwa kandidat dari Partai Demokrat kerap mengabaikan suara dukungan mereka tanpa membuat komitmen substansial untuk mengatasi masalah spesifik yang disorot umat, kata Jammal.

Baca Juga: Komisi HAM: Kasus Rasisme di Prancis Melonjak 32 Persen pada 2023, Yahudi dan Muslim Paling Tidak Ditoleransi

Hal ini membuat ada Muslim Amerika yang kemungkinan mempertimbangkan untuk mendukung kandidat alternatif yang lebih selaras dengan nilai-nilai dan keprihatinan mereka, atau bahkan memutuskan untuk tidak ikut serta dalam pemilu kali ini yang akan berdampak signifikan pada lanskap pemilihan tersebut, lanjut Jammal.***

Sumber: Antara

Berita Terkait