DECEMBER 9, 2022
Internasional

Komisi HAM: Kasus Rasisme di Prancis Melonjak 32 Persen pada 2023, Yahudi dan Muslim Paling Tidak Ditoleransi

image
Ilustrasi - Warga melintas di depan mural bertema Anti Rasisme di Jalan Raya Bogor, Cilodong, Depok, Jawa Barat, Selasa, 28 Juli 2020. Mural tersebut dibuat untuk mengkampanyekan gerakan anti rasisme serta sebagai media edukasi masyarakatÊ. Rasisme sedang meningkat di Prancis. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/hp.

ORBITINDONESIA.COM - Komisi Konsultatif Nasional Hak Asasi Manusia Prancis (CNCDH) dalam sebuah laporan mengumumkan bahwa kasus rasisme melonjak 32 persen pada tahun 2023 berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri Prancis.

Peningkatan terbesar, sebagaimana dilaporkan Anadolu pada Sabtu, 29 Juni 2024, terjadi pada kasus rasis antisemitisme di Prancis, yaitu sebesar 284 persen.

Laporan juga mencatat toleransi terhadap semua kelompok minoritas di Prancis turun pada tahun 2023, khususnya bagi komunitas Yahudi, dan Muslim adalah kelompok yang paling tidak ditoleransi.

Baca Juga: Jubir Kemlu Rusia Maria Zakharova: Islamofobia Adalah Bentuk Rasisme yang Tak Bisa Diterima

Lonjakan angka-angka tersebut dapat disebabkan oleh banyak faktor, termasuk serangan Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober dan polarisasi perdebatan mengenai suaka dan migrasi.

CNCDH menambahkan bahwa sejuta orang menjadi sasaran, setidaknya satu serangan rasis pada tahun 2023, menurut angka dari kantor statistik.

Selain itu, lebih dari separuh warga Prancis, yaitu 51 persen, menganggap tidak betah lagi berada di Prancis. Temuan itu naik delapan poin dibandingkan musim semi 2022

Baca Juga: Rasis Penonton kepada Pemain Athletic Bilbao Nico Williams, Atletico Madrid Dihukum Penutupan Sebagian Stadion

Dikatakan pula bahwa 56 persen penduduk Prancis, tujuh poin lebih tinggi dibandingkan pada musim semi tahun 2022, mengonfirmasi bahwa terdapat terlalu banyak imigran di Prancis.

CNCDH menuturkan bahwa angka-angka tersebut mencerminkan konteks terkini mengenai suasana politik dan sosial dengan bangkitnya partai sayap kanan National Rally (RN) yang memperoleh lebih dari 30 persen suara dalam pemilihan Parlemen Eropa pada bulan Juni.

Kemenangan RN mendorong Presiden Prancis Emmanuel Macron untuk mengakui kekalahan blok sentrisnya, membubarkan parlemen, dan mengumumkan pemilu sela.

Baca Juga: Komisi Anti Rasisme Dewan Eropa: Insiden Kekerasan Atas Muslim Meningkat Sejak Perang Gaza

Pemimpin RN Jordan Bardella mengatakan, partainya akan fokus pada migrasi, dan menekankan bahwa masalah itu memberikan beban yang tidak dapat ditanggung pada keuangan publik dan sistem jaminan sosial.

Pemilu Parlemen Eropa akan diadakan dalam dua putaran, putaran pertama pada 30 Juni dan putaran kedua pada 7 Juli.***

Sumber: Antara

Berita Terkait