Isti Nugroho: Kebermaknaan Lukisan AI Karya Denny JA
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 15 Juni 2024 05:52 WIB
Ia bersifat demokratis: bisa ditolak jika tidak suka dan cocok. Namun juga bisa diterima jika dipandang memiliki manfaat kultural. Dan, Denny JA telah memilih teknologi AI sebagai piranti alternatif untuk mengekspresikan kegelisahan kreatif-visualnya. Pilihan ini harus dihormati.
Setiap zaman akan melahirkan anak-anaknya sendiri. Zaman Shaw dan O'Neill telah melahirkan anak-anak yang hidup dalam semangat romantisme di mana seni dipahami sebagai memetik atau tiruan kehidupan. Otentitas jadi hal utama.
Teori dan Praksis
Baca Juga: Kutipan Ikonik Pilpres 2024 dalam Lukisan AI Karya Denny JA
Denny JA di mata saya adalah seorang pemikir tangguh dan pakar teori/sains yang gigih. Namun ia juga seorang praktisi yang total menjelajah ruang-ruang empirisme. Ini ditempuh demi memperjuangkan berbagai gagasan dan teorinya menjadi nyata, konkrit dan bermakna bagi kehidupan khalayak.
Dalam konteks kultural, ia pun seorang penjelajah yang visioner di dalam membuka ruang-ruang kemungkinan. Berbagai pemikiran/gagasan Denny JA di bidang penelitian politik, telah mewujud jadi kenyataan.
Di era pemilihan langsung masa Reformasi ia telah “melahirkan” banyak gubernur, bupati, walikota, bahkan juga presiden! Inilah kebermaknaan peran kultural Denny JA dalam ikut serta membangun nilai-nilai peradaban bangsa. Tentu di dalamnya termasuk penjelajahannya di bidang seni lukis dengan memanfaatkan AI sebagai “artisan” (alat bantu).
Baca Juga: Isti Nugroho: Goenawan Mohamad dan Jamuan Ilmu
Denny JA pasti sadar, secanggih-canggihnya AI tetap dalam kendali manusia. Karena manusia selalu menyifati kebesaran Tuhan sebagai Maha Kreator.
*Isti Nugroho adalah aktivis Demokrasi dan Seniman, Direktur Yayasan Budaya Guntur 49 Jakarta. ***