Puisi
Yang Tercecer Di Era Kemerdekaan (7): Wahidin dan Rel Kereta Api Kematian
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 10 Mei 2024 10:32 WIB
“Mayat mereka dibiarkan saja membusuk di pinggir sungai, atau di tepi jalan rel kereta.”
Maya, mahasiswi yang hadir di sana, melihat air mata menetes di pipi Joko.
Air mata itu bewarna gelap, karena kelamnya memori masa silam.
Dari mulut pak Joko,
dilihatnya seolah ratusan kelelawar, dari gua yang purba,
berterbangan keluar, meraung-raung karena luka, mencari langit yang bebas.
“Saya dari Jawa.