Taufan Hunneman: Figur Prabowo dan Tradisi Banyumasan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 16 April 2024 01:10 WIB
Salah satu yang mengemuka adalah berkat kompetensi dan kemampuan yang melekat pada mereka, para mantan pimpinan Korps Baret Merah harus mencari palagan lain untuk menyalurkan tenaga dan pikiran. Mereka tidak mungkin berada di pasukan selamanya.
Sarwo Edhi, misalnya, selain dikenal sebagai komandan pasukan elite, juga memberikan kontribusi pada transisi kekuasaan dari Orde Lama ke Orde Baru, dengan mendukung Gerakan Mahasiswa Angkatan 1966.
Setelah tidak terlalu aktif di militer, Sarwo Edhi bertugas sebagai Dubes (pertama) RI di Korsel, kemudian berlanjut sebagai Kepala BP7 dan salah satu dirjen di Kemenlu (Direktur Jenderal Politik Luar Negeri). Hanya saja, karir Sarwo Edhie kurang berkembang di TNI, namun lebih ke birokrasi sipil.
Baca Juga: Aliansi Mahasiswa Sultra: Hashim Djojohadikusomo Bohongi Rakyat dan Catut Nama Presiden Jokowi
Baik juga disampaikan salah satu pengalaman yang sangat membekas pada Prabowo, mengapa dia begitu cinta pada dua satuan yang pernah dipimpinnya, Kopassus dan Kostrad.
Saat Prabowo baru saja bergabung di Kostrad, dalam posisi sebagai Wakil Komandan Batalyon Lintas Udara 328/Kujang II Kostrad, terjadi peristiwa penting yang sangat berpengaruh pada sikap dan pemikiran Prabowo.
Peristiwa dimaksud adalah upacara penggantian baret, dari Baret Merah (Kopassus) menjadi Baret Hijau (Kostrad) di Makassar, pada pertengahan tahun 1985. Pergantian baret ini dampak dari reorganisasi Kopassus, yang implementasinya berupa perampingan jumlah anggota.
Baca Juga: Hashim Djojohadikusumo: Prabowo Subianto Tidak Perlu Mundur dari Jabatan Menteri, Cukup Mahfud Saja
Pada fase ini, peran perwira senior Kopassus, salah satunya adalah Prabowo, sangat menentukan, dengan menguatkan spirit para anak buahnya, yang sekiranya tidak lolos seleksi ulang sebagai anggota Kopassus.
Bagi anggota Kopassus yang tidak lolos seleksi ulang, kemudian dipindahkan sebagai anggota generasi pertama Brigade Infanteri Lintas Udara 3 Kostrad, yang bermarkas di Makassar.
Satuan ini sampai sekarang masih berdiri, dan menjadi inti dari Divisi Infanteri 3 Kostrad. Peristiwa yang sangat mengharukan akhirnya terjadi, ketika para anggota Kopassus berjongkok untuk melepas baret merah, lambang prajurit para komando, kemudian menggantinya dengan Baret Hijau, atribut pasukan lintas udara.
Baca Juga: Setelah Ziarah ke Makam Ibu, Prabowo Ziarah ke Makam Ayah Sumitro Djojohadikusumo Didampingi Anaknya
Sungguh realitas yang berat, harus melepas baret kebanggaan, banyak di antara prajurit yang melakukannya dengan mata berkaca-kaca, bahkan meneteskan air mata.